Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asteroid Sebesar Mobil Melintas Sangat Dekat dengan Bumi, Apa Dampaknya?

KOMPAS.com - Asteroid seukuran mobil berada pada jarak sekitar 2.950 kilometer dengan bumi kemarin Minggu (16/8/2020).

Menurut data pelacak asteroid yang disusun Sormano Astronomical Observatory di Italia, jarak ini terbilang sangat dekat, bahkan paling dekat yang pernah tercatat.

Karena ukurannya "hanya" sebesar mobil, batu luar angkasa ini kemungkinan besar tidak menimbulkan bahaya bagi manusia di bumi jika terjadi hantaman.

Namun, jarak yang sangat dekat itu tetap mengkhawatirkan. Terlebih para astronom tidak berhasil mendeteksi kapan benda langit itu melintasi Bumi.

"Asteroid itu tidak terdeteksi karena datang dari arah matahari," kata Paul Chodas, direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA seperi dilansir Business Insider, Rabu (19/8/2020).

"Kami tidak melihatnya datang."

Sementara itu, Observatorium Palomar di California pertama kali mendeteksi batuan luar angkasa baru sekitar enam jam setelah melewati bumi.

Objek terdekat dengan bumi sepanjang sejarah

Chodas mengatakan, asteroid ini memecahkan rekor sebagai yang terdekat dengan bumi sepanjang sejarah.

"Kemarin, asteroid ini berada di jarak terdekat dalam catatan sejarah. Ini tidak termasuk beberapa asteroid yang benar-benar berdampak pada bumi," kata Chodas.

NASA hanya mengetahui sedikit objek dekat bumi (NEO) seperti ini.

Banyak asteroid yang tidak menlintasi garis pandang teleskop. Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan menemukan beberapa asteroid yang berpotensi berbahaya.

Jika asteroid yang berbahaya lolos dari sistem pengawasan NEO, dikhawatirkan benda langit itu dapat membunuh puluhan ribu orang.

QG 2020 terbang melintasi Belahan Bumi Selatan

Asteroid dekat bumi yang terbang melintasi planet kita itu disebut ZTF0DxQ, tapi kini secara resmi dikenal oleh para astronom sebagai QG 2020.

"Asteroid ZTF0DxQ yang baru ditemukan melewati diameter kurang dari 1/4 bumi kemarin. Ini manjadikannya sebagai penerbangan terdekat yang tidak menabrak planet kita," tulis Tony Dunn, pencipta situs orbitsimulator.com pada Senin (17/8/2020).

Simulasi percepatan menunjukkan perkiraan jalur orbit QG 2020, asteroid ini melaju dengan kecepatan sekitar 12,4 kilometer per detik atau 44.000 kilometer per jam.

Pengamatan awal menunjukkan asteorid QG 2020 terbang di atas Belahan Bumi Selatan tepat setelah pukul 11 siang WIB pada hari Minggu (16/8/2020).

Animasi di atas menunjukkan QG 2020 terbang di atas Samudra Selatan dekat Antartika.

Namun, Pusat Planet Kecil Persatuan Astronomi Internasional menghitung lintasan yang sedikit berbeda.

Penyajian grup (ditampilkan di bawah), menunjukkan asteroid terbang di atas Samudra Pasifik ratusan mil di timur Australia.

Tidak berbahaya, tapi...

Sejauh ini, QG 2020 tidak terlalu berbahaya.

Pengamatan teleskop menunjukkan bahwa objek itu memiliki lebar antara dua sampai 5,5 meter. Ini seperti ukuran mobil kecil atau truk pickup dengan kabin panjang.

Meski ukurannya kecil dan tidak terlalu berbahaya, menurut simulator dari Purdue University, Indiana dan Imperial College London, asteroid semacam ini jika meledak di atmosfer dapat menciptakan bola api cemerlang dan melepaskan semburan udara yang setara dengan ledakan puluhan kiloton TNT.

Energi yang dihasilkan hampir sama dengan salah satu bom atom yang dijatuhkan AS di Jepang pada 1945.

Karena meledak di atmosfer, ledakan akan terjadi sekitar 3-5 kilometer di atas tanah. Jadi tidak akan terdengar keras dari daratan.

Jika batuan luar angkasa menabrak bumi dan meledak, ini akan menciptakan masalah besar.

Sebagai pengingat, pada Februari 2013, asteroid yang panjangnya sekitar 20 meter meledak di atas Chelyabins, Rusia. Batuan luar angkasa ini menciptakan peristiwa superbolide, melepaskan ledakan ke udara yang energinya setara 500 kiloton TNT atas setara 30 bom nuklir Hiroshima.

Asteroid yang meledak sekitar 20 kilometer di atas bumi itu menyebabkan gelombang ledakan yang menghancurkan jendela di enam kota Rusia dan melukai sekitar 1.500 orang.

Kemudian pada Juli 2019, asteroid sepanjang 130 meter yang dinamai 2019 OK melintas pada jarak 72.400 kilometer dari bumi atau kurang dari 20 persen jarak antara bumi dengan bulan.

Para astronom mendeteksi batu itu kurang dari seminggu sebelum pendekatan terdekatnya.

Jika asteroid ini meledak, puluhan ribu orang mungkin bisa meninggal karenanya.

NASA secara aktif memindai langit untuk mencari ancaman seperti itu, seperti yang diminta Kongres sejak 2005.

Namun, NASA diberi mandat hanya untuk mendeteksi 90 persen batuan antariksa "pembunuh" yang ukurannya lebih dari 140 meter.

Pada Mei 2019, NASA mengatakan telah menemukan kurang dari setengah dari perkiraan 25.000 objek berukuran lebih besar dari 140 meter. Tentu saja, itu tidak termasuk batuan yang lebih kecil seperti Chelyabinsk dan asteroid OK 2019.

Objek yang datang dari arah matahari - seperti QG 2020 - sangat sulit dikenali.

"Tidak banyak yang bisa kami lakukan untuk mendeteksi asteroid yang datang dari arah matahari, karena asteroid dideteksi hanya menggunakan teleskop optik (seperti ZTF), dan kami hanya dapat mencarinya di langit malam," kata Chodas.

"Idenya adalah bahwa kami menemukan mereka di salah satu bagian sebelumnya dari planet kita, dan kemudian membuat prediksi bertahun-tahun dan dekade sebelumnya untuk melihat apakah mereka memiliki kemungkinan berdampak."

NASA memiliki rencana untuk mengatasi celah ini dalam program perburuan asteroidnya.

Saat ini NASA sedang dalam tahap awal mengembangkan teleskop luar angkasa yang dapat mendeteksi asteroid dan komet yang datang dari arah matahari.

Anggaran NASA tahun 2020 mengalokasikan hampir 36 juta dollar AS atau setara Rp 531 miliar untuk teleskop yang dinamai Misi Pengawasan Objek Dekat Bumi. Jika pendanaan terus berlanjut, teleskop itu bisa diluncurkan paling cepat 2025.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/19/190000323/asteroid-sebesar-mobil-melintas-sangat-dekat-dengan-bumi-apa-dampaknya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke