Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Obesitas di Amerika Serikat bisa Turunkan Efektivitas Vaksin Covid-19

KOMPAS.com - Vaksin menjadi senjata pamungkas untuk memerangi pandemi virus corona saat ini. Sebab, pandemi ini telah melumpuhkan menyebabkan lebih dari 19,2 juta orang di dunia terinfeksi dan menewaskan lebih dari 717.000 orang.

Sedangkan di Amerika Serikat, angka infeksi sangat tinggi di dunia dengan lebih dari 5 juta orang telah terinfeksi Covid-19, dan menewaskan lebih dari 162.000 orang.

Namun, seperti dikutip dari CNN, Jumat (7/8/2020), warga Amerika juga harus menghadapi obesitas yang telah menjadi epidemi sebelum Covid-19 menjadi pandemi baru.

Para ilmuwan telah mengetahui bahwa vaksin yang direkayasa untuk melindungi masyarakat dari influenza, hepatitis B, tetanus, dan rabies ternyata dapat kurang efektif pada orang dewasa yang mengalami obesitas, dibandingkan populasi umum.

Akibatnya, membuat orang-orang obesitas menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit, termasuk Covid-19.

"Akankah kita memiliki vaksin Covid-19 tahun depan yang sesuai dengan obesitas? Tidak mungkin," kata Raz Shaikh, profesor nutrisi di University of North Carolina-Chapel Hill.

Peneliti memprediksi vaksin Covid-19, jika nanti tersedia, mungkin tidak akan berhasil pada orang yang mengalami obesitas.

Lebih dari 107 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami obesitas, dan kemampuan mereka untuk kembali bekerja dengan selamat, merawat keluarga dan melanjutkan hidup sehari-hari dapat dibatasi, jika vaksin virus corona memberi kekebalan yang lemah pada mereka.

Pada puncak awal pandemi global ini, sebuah studi di China menemukan bahwa pasien dengan berat badan berlebih dan menderita Covid-19 lebih mungkin meninggal dari pada mereka dengan berat badan yang lebih kurus.

Saat unit perawatan intensif di New York, New Jersey dan sejumlah rumah sakit dipenuhi pasien, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di negara bagian setempat telah memperingatkan orang gemuk.

Orang gemuk dengan indeks massa tubuh 40 atau lebih, termasuk kelompok dengan risiko tinggi menjadi sakit parah dengan Covid-19. Sekitar 9 persen orang dewasa Amerika termasuk dalam kategori tersebut.

Selama berminggu-minggu, gambaran tersebut semakin tampak jelas. Pejabat kesehatan setempat kemudian memperluas peringatan dan peringkat, siapa saja yang dianggap rentan terhadap Covid-19 parah. Hasilnya, ada 42,4 persen orang dewasa Amerika yang termasuk dalam kategori ini.

Respons sistem kekebalan terganggu obesitas

Lantas, bagaimana obesitas memengaruhi tingkat keparahan Covid-19 pada orang dewasa?

Obesitas telah lama dikenal sebagai faktor risiko signifikan kematian akibat penyakit kardiovaskular dan kanker.

Akan tetapi, ilmuwan di bidang imunometabolisme menemukan bahwa obesitas juga menganggu respons sistem kekebalan tubuh.

Menempatkan orang gemuk pada risiko infeksi yang lebih besar dari patogen seperti influenza dan virus corona baru, SARS-CoV-2.

Dalam kasus influenza, obesitas telah muncul sebagai faktor yang membuat vaksinasi pada orang dewasa menjadi lebih sulit dalam melawan infeksi.

Lalu apakah itu juga berlaku pada Covid-19?

Sistem kekebalan yang sehat menghidupkan dan mematikan peradangan sesuai kebutuhan, memanggil sel darah putih dan mengirimkan protein untuk melawan infeksi.

Vaksin akan memanfaatkan respons peradangan itu, tetapi tes darah menunjukkan bahwa orang gemuk dan orang dengan faktor risiko metabolik terkait, seperti tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar gula darah dapat mengalami keadaan peradangan ringan kronis.

Ilmuwan curiga penyebab munculnya kondisi peradangan kronis ini akibat jaringan adiposa atau lemak di perut, hati, dan organ lain tidak dapat bereaksi.

Sementara mekanisme biologis yang tepat masih diselidiki, peradangan kronis tampaknya menganggu respons kekebalan terhadap vaksin.

Bukti efektivitas vaksin menurun

Bukti bahwa orang gemuk memiliki respons yang tumpul terhadap vaksin umum, pertama kali diamati tahun 1985.

Saat itu, pegawai rumah sakit dengan obesitas menerima vaksin hepatitis B menunjukkan penurunan perlindungan yang signifikan 11 bulan kemudian, yang tidak diamati pada karyawan non-obesitas.

Penemuan ini direplikasi dalam studi lanjutan dengan menggunakan jarum yang lebih panjang untuk memastikan vaksin disuntikkan ke otot dan bukan lemak.

Para peneliti menemukan masalah yang serupa dengan vaksin hepatitis A. Penelitian lain juga menemukan penurunan signifikan dalam perlindungan antibodi yang disebabkan oleh tetanus dan vaksin rabies pada orang obesitas.

"Obesitas adalah masalah global yang serius dan respons imun yang diinduksi vaksin suboptimal yang diamati pada populasi obesitas tidak dapat diabaikan," saran peneliti Mayo Clinic's Vaccine Research Group dalam studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Vaccine.

Tak hanya pada orang gemuk, vaksin ternyata juga kurang efektif saat diberikan pada orang dewasa yang lebih tua.

Oleh sebab itu, orang berusia 65 tahun ke atas yang menerima vaksin influenza tahunan supercharged mengandung jauh lebih banyak antigen virus flu yang digunakan untuk membantu meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh mereka.

"Saya tidak sepenuhnya yakin mengapa kemanjuran vaksin dalam populasi ini belum dilaporkan dengan lebih baik," kata Catherine Andersen, asisten profesor biologi di Fairfield University yang mempelajari penyakit obesitas dan metabolisme.

Uji klinis yang sedang dilakukan untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin virus corona tidak memiliki pengecualian dan akan mencakup orang-orang dengan obesitas, kata Dr. Larry Corey, dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson, yang mengawasi uji coba fase III yang disponsori oleh Institut Kesehatan Nasional.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/07/163100723/obesitas-di-amerika-serikat-bisa-turunkan-efektivitas-vaksin-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke