Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jumlah Kasus Corona di Indonesia Bertambah, Ini 3 Rekomendasi Ahli

KOMPAS.com - Wabah virus corona saat ini telah melanda lebih dari 190 negara. Covid-19 menjadi permasalahan global dan internal negara masing-masing dalam memutuskan strategi yang bisa dilakukan untuk memutus penyebaran dan angka kematian.

Di Indonesia hingga kemarin, Senin (30/3/2020) angka kasus positif dan tingkat kematian meningkat. Data per 30 Maret 2020 terdapat 1.414 kasus positif Covid-19, 122 kematian, dan 75 sembuh. Kasus Covid-19 sudah ditemukan di 30 provinsi di Indonesia.

Peneliti epidemiologi dari Imperial College London, Dr Dian Kusuma, mengungkapkan bahwa Indonesia seharusnya bisa belajar banyak dari metode atau strategi yang berhasil dilakukan oleh negara lain untuk mengatasi wabah Covid-19.

Antara lain Jerman, negara dengan catatan kasus Covid-19 yang rendah. Selain itu Korea Selatan, yang mampu dengan cepat melakukan deteksi dini terhadap pasien positif Covid-19 meski bergejala ringan.

Serta, China sebagai asal wabah Covid-19 yang saat ini sudah tidak ada lagi kasus penularannya.

Dian mengatakan Indonesia seharusnya bisa menerapkan beberapa strategi berikut sebagai rekomendasi kebijakan yang bisa diambil pemerintah.

1. Identifikasi kasus

Dian mengatakan bahwa pemerintah bisa melakukan identifikasi besar kasus dan lokasi kasus.

"Kita identifikasi besar masalah dan di mana masalahnya," kata Dian dalam diskusi online bertajuk 'Covid-19: Tantangan Saat Ini dan Alternatif Solusi Berbasis Bukti oleh Mata Garuda', Senin (30/3/2020).

Identifikasi ini bisa dilakukan dengan kombinasi antara Rapid Diagnostic Test (RPD) dan tes PCR atau tes laboratorium. Tes RPD pada dasarnya akan menemukan antibodi yang pasien positif Covid-19 miliki.

Meskipun, negatif false sering terjadi karena antibodi belum dapat terdeteksi jika pasien itu tidak mengalami gejala. Artinya penularan masih tetap saja bisa terjadi.

Sementara tes PCR atau tes laboratorium menjadi tes yang paling standar untuk langsung menyasar virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 pada tubuh seseorang. Kendati orang tersebut tidak memiliki gejala sekalipun.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Paru sekaligus Konsultan di Departemen Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Erlina Burhan SpP(K) MSi PhD, juga mendukung identifikasi kasus lebih dini.

"Makin banyak yang ringan ditemukan, makin baik untuk kita karena probability ke semua orang lebih besar dan lebih gampang mengobatinya," kata Erlina.

Oleh sebab itu, Erlina menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan fasilitas tes PCR. Sehingga bila pendeteksian dilakukan lebih dini, kasus-kasus ringan akan lebih mudah ditemui.

"Karena 80 persen harusnya bersifat ringan, 15 persen butuh perawatan biasa dan 5 persen butuh ICU," tambahnya.

2. Menurunkan angka kematian di RS

Para ahli mengakui, salah satu penyebab tingginya angka kematian akibat Covid-19 adalah kurangnya fasilitas di RS rujukan.

Dengan meningkatkan Alat Pelindung Diri (APD), obat (penyembuh gejala), ventilator dan ICU dapat membantu menurunkan risiko pasien Covid-19 meninggal dunia.

3. Memutuskan rantai penularan

Memutuskan rantai penularan merupakan tanggung jawab semua pihak, dan memang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Dituturkan Dian, upaya memutuskan rantai transmisi atau penularan virus baru ini memang butuh kontribusi masyarakat agar melakukan social distancing dengan karantina diri, rumah dan wilayah.

Contoh negara yang melakukan karantina wilayah adalah China, dan keberhasilan terjadi dengan 0 kasus penularan per hari saat ini.

Italia adalah negara yang berdasarkan data per tanggal (30/3/2020) memiliki angka kematian tertinggi yaitu 11 persen.

Awalnya pemerintah dan masyarakat di Italia menganggap ringan wabah Covid-19, sehingga mereka masih aktif berkeliaran, berkumpul, karena akses antar wilayah di negara tersebut masih bebas sekali.

"Mungkin saat itu mereka tidak tahu, kalau tahu bakal (bisa) separah sekarang mungkin akan lockdown waktu dulu (awal ada kasus infeksi)," kata Dian.

Di Indonesia sendiri, kata dia, mekanisme karantina wilayah bisa disesuaikan dengan hasil modeling yang dilakukan oleh para ahli. Tidak harus menerapkan sistem yang persis sama dengan negara lain, karena bisa jadi ada aspek lain yang berbeda dengan Indonesia.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/31/160200023/jumlah-kasus-corona-di-indonesia-bertambah-ini-3-rekomendasi-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke