Sementara rencana keberlanjutan yang bertujuan untuk mengatasi emisi dari proses konstruksi harusnya menggunakan kayu lapis daur ulang.
Sebelumnya, RAN telah memperingatkan Komite Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo terkait risiko penggunaan kayu lapis tropis sebelum dimulainya pembangunan Stadion Nasional Baru.
Namun, panitia tak mengindahkan peringatan ini hingga jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jepang menemukan penggunaan kayu lapis ShinYang dari Sarawak, Malaysia, di lokasi pembangunan stadion itu.
LSM itu menemukan, pembangunan Stadion Nasional Baru menggunakan kayu lapis yang dipasok oleh kelompok perusahaan kayu Sarawak bernama ShinYang untuk bekisting betonnya.
Perusahaan tersebut telah berulang kali dikaitkan dengan pembalakan, konflik lahan, dan praktik yang tidak berkelanjutan.
Karena peringatan ini, penggunaan kayu lapis dari Sarawak digantikan dengan kayu lapis dari Indonesia.
Pada November 2018, RAN melayangkan keluhan dengan menyertakan bukti signifikan kepada Tokyo Metropolitan Government (TMG) dan Japan Sport Council (JSC) atas pelanggaran Kode Sumber yang Berkelanjutan terkait penggunaan kayu berasal dari hutan hujan.
Lalu, dikonversi menjadi perkebunan dan habitat Orangutan Kalimantan yang terancam punah untuk pembangunan Stadion Ariake Arena dan Stadion Nasional Baru.
TMG merespon dengan menolak memulai proses pengaduan atas kasus perusakan habitat orangutan oleh PT Tunas Alam Nusantara (TAN) berdasarkan investigasi melalui pemasok mereka sendiri, tanpa berkonsultasi dengan RAN.
"Penyelenggara juga harus menegakkan standar keberlanjutan yang ketat dengan memantau dan meminta pertanggungjawaban negara tuan rumah yang tidak mematuhi standar lingkungan dan sosial tertinggi," tuntas dia.
Catatan Redaksi:
Artikel ini telah mengalami penyuntingan lebih lanjut. Sebelumnya judul artikel "Yang Tersisa dari Olimpiade Tokyo 2020, 5 Desain Kontroversial", dengan isi berita menyadur dari Dezeen.
Kami memohon maaf atas saduran artikel tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.