Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perubahan "Catchment Area" Jadi Penyebab Banjir, Ini Solusi Pemerintah

JAKARTA, KOMPAS.com - Banjir adalah bencana yang pasti melanda beberapa wilayah di Indonesia saat musim hujan tiba.

Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko mengatakan, adanya perubahan catchment area atau daerah tangkapan air menjadi faktor terbesar banjir kerap terjadi.

Sementara pada zaman dulu, sungai didesain saat area sekitarnya masih banyak pepohonan atau hutan.

Kondisi tersebut membuat hampir 80 persen air hujan masuk ke dalam tanah dan 20 persen lain ditampung di sungai.

Selain itu, adanya perubahan iklim menjadi salah satu penyebab banjir karena memengaruhi fluktuasi gelombang air laut hingga besaran intensitas hujan.

Oleh karena itu, pengendalian run off atau air hujan yang mengalir ke sungai, danau atau laut menjadi fokus utama.

Beberapa langkah dilakukan, mulai dari pengadaan infrastruktur bendungan, embung, tanggul, pompa pengendali banjir, kolam retensi, terowongan pengendali banjir, dan lainnya.

Adapun pada bulan Oktober 2022 mendatang, bakal dibentuk Unit Pelaksana Bendungan (UPB).

Pembentukan UPB untuk seluruh bendungan yang ada di Indonesia merupakan tugas langsung dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Lewat adanya UPB, koordinasi terkait operasional bendungan selama musim hujan berlangsung bisa lebih efektif dan efisien.

Jarot memberikan contoh, yang ada saat ini misalnya kantor di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane (Cilicis), sementara Bendungan Ciawi ada di Desa Gadog.

Nantinya akan ada Markas Komando (Mako) dengan staf bagian operasi yang bertugas di bendungan terkait.

Selain itu, dalam menyiapkan infrastruktur menghadapi musim hujan, Ditjen SDA juga berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).'

"Kita sudah banyak berkoordinasi dengan BMKG, setiap ada ramalan atau prediksi dari BMKG langsung forward ke Kementerian PUPR maupun Ditjen SDA," kata Jarot.

Dengan koordinasi tersebut, maka Ditjen SDA bisa langsung mengetahui data dari BMKG soal perkiraan datangnya hujan hingga lokasi turunnya hujan.

Selanjutnya, Ditjen SDA bisa segera berkoordinasi dengan seluruh balai terkait untuk menentukan antisipasi banjir dan bencana selama musim hujan berlangsung.

"Misal ada info mau banjir rob, berarti pintu-pintu (bendungan) harus ditutup. Lalu diinfokan akan turun hujan, maka kami akan turunkan mobile pump," tambah Jarot.

Sebagai antisipasi, Ditjen SDA turut melakukan inventarisasi alat berat yang dimiliki oleh masing-masing balai di seluruh wilayah. Ini mencakup eskavator hingga dump truck.

Di sisi lain, Jarot mengimbau agar masyarakat ikut berupaya mengembalikan air ke tanah dengan membuat kolam, biopori hingga sumur resapan.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/09/30/143000921/perubahan-catchment-area-jadi-penyebab-banjir-ini-solusi-pemerintah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke