"Artinya, ini kita bicara inovasi bagaimana kalau kita menggunakan konten daur ulang, plastik daur ulang di dalam kemasan kami. Jadi itu salah satu yang kita tempuh," ujar Maya dalam virtual talk #GenerasiPilahPlastik, Selasa (16/11/2021).
Selain itu, perusahaan juga mendesain ulang (redesign) kemasan produk 100 persen agar sampah plastik bisa didaur ulang, digunakan kembali, atau dikomposkan.
Menurutnya, ini merupakan komitmen yang cukup besar dilakukan Unilever Indonesia untuk membuat banyak perubahan di dapur perusahaan sendiri.
Sementara itu, perseroan juga berkomitmen untuk membantu mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak ketimbang yang dijual.
Untuk menjalankan komitmen tersebut, kata Maya, Unilever Indonesia tidak dapat bekerja sendiri.
Oleh karena itu, perusahaan mengintervensi dari hulu ke hilir, mulai dari desain ulang, edukasi kepada konsumen, hingga meletakkan titik-titik pengumpulan sampah.
Unilever Indonesia juga bekerja sama dengan pihak-pihak yang dapat mengolahnya di hilir melalui teknologi yang ada.
Sementara itu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) juga memiliki kebijakan dalam mengembangkan ekonomi sirkular dalam mengurangi penggunaan sampah plastik.
Ekonomi sirkular ini mengadopsi pendekatan 5R yaitu reduce, reuse, recycle, refurbish, dan renew.
Soal sumber pendanaan, Pemerintah telah meningkatkan penanganan sampah baik untuk pemilahan, pengumpulan, dan penanganan sampah plastik melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Ini merupakan DAK bidang lingkungan hidup yang diberikan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) masing-masing untuk mengelola sampahnya.
Selain itu, sumber pendanaan juga berasal dari hibah atau bantuan dari negara lain untuk pengelolaan sampah kepada Pemda.
https://www.kompas.com/properti/read/2021/11/16/180000421/unilever-indonesia-janji-kurangi-setengah-plastik-baru-kemasan-produk