Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini 5 Bangunan Rendah Karbon di Dunia

Oleh sebab itu, rasanya diperlukan terobosan bangunan rendah karbon agar masyarakat lebih bisa bertahan dalam situasi ini.

Hal itu dilaporkan Jared Green seorang penulis buku berjudul 'Good Energy: Renewable Power and the Design of Everyday Life'.

Melansir Archdaily, Jared Green mengatakan, laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) baru-baru ini menyatakan, pemanasan global 1,5 derajat celsius rasanya tidak dapat dihindari dalam beberapa dekade mendatang.

"Pertanyaannya sekarang adalah apakah dunia dapat mencegah lebih lanjut pemanasan yang lebih merusak sebesar 2 derajat celsius atau, lebih buruk lagi 3 derajat celsius? Mengingat kebijakan saat ini menempatkan kita pada jalur untuk mengalaminya," kata Jared.

Sebab secara global, bangunan menyumbang hampir 40 persen dari emisi gas rumah kaca. Sehingga untuk menjaga pemanasan hingga 1,5 derajat celsius, perlu memperbaiki bangunan yang ada menjadi zero karbon.

"Tentu dalam hal penggunaan energinya jauh sebelum tahun 2050 dan membangun semua bangunan baru untuk memenuhi standar net zero yang baru pada tahun 2030," tandasnya.

Saat ini di negara maju, masih jauh dan kurang dari 1 persen bangunan dirancang dan dibangun dengan standar zero karbon. 

Meski kini The State of California dan European Commission telah diamanatkan net zero bangunan. Diharapkan dapat menambah ratusan ribu bangunan baru pada tahun-tahun mendatang.

Namun, masih banyak lagi pemerintah di semua tingkatan yang perlu bergabung dalam upaya tersebut dan meningkatkan komitmennya. Termasuk arsitek, pengembang komersial dan residensial, pembangun rumah, dan produsen produk bangunan.

"Mereka semua harus ikut berbuat lebih banyak untuk membawa kita ke jalan untuk meningkatkan bangunan net zero lebih cepat," kata Jared.

Fondasi utama dari transformasi net zero yakni panel fotovoltaik (PV) yang telah erkembang di seluruh atap di seluruh dunia.

"Tapi itu sebenarnya hanyalah salah satu komponen dalam membuat rumah keluarga tunggal, kompleks apartemen, atau komunitas perumahan menjadi nol atau energi positif," ujar dia.

Rumah perlu sepenuhnya mengelektrifikasi, menghilangkan penggunaan batu bara, minyak, dan gas dalam ketel, tungku, dan kompor.

Selain mencemari, hal itu juga berkontribusi terhadap udara dalam ruangan yang tidak sehat.

Apalagi di negara-negara berkembang dengan iklim tropis dan sub-tropis akan menghadapi panas yang semakin berbahaya dalam beberapa dekade mendatang.

Namun, rumah, kompleks apartemen, dan bangunan lainnya dapat dirancang menjadi lebih dingin tanpa meningkatkan penggunaan energi untuk pendingin udara.

Beberapa strategi yang telah terbukti yaitu termasuk beranda dalam dan overhang yang mengurangi jumlah sinar matahari yang menghangatkan ruang interior.

Kemudian struktur massa termal yang membantu mengeluarkan panas dari ruang interior dan memaksimalkan aliran udara untuk meningkatkan ketergantungan pada angin sepoi-sepoi.

Sementara itu, bangunan bertingkat dapat menggunakan sistem cerobong surya dan saluran tanah yang menggunakan konveksi untuk terus menarik udara dingin dan mengeluarkan udara panas.

"Kawasan perumahan dapat mengarahkan jaringan jalan untuk menangkap angin yang ada. Strategi arsitektural ini meningkatkan aliran udara luar yang mampu meningkatkan kualitas udara," tuturnya.

Menyadur Dezeen, Green dalam bukunya menampilkan 35 proyek bangunan rendah karbon, hemat energi, dan memiliki emisi CO2 lebih rendah dibanding bangunan pada umumnya. Selain itu, telah dirancang dengan baik dan terjangkau.

"Bangunan berenergi rendah yang mengintegrasikan panel fotovoltaik, strategi efisiensi energi, dan semua sistem kelistrikan. Semua itu sangat penting untuk mengalihkan kita dari bahan bakar fosil," jelasnya.

Berikut contoh bangunan rendah energi:

1. Zero Carbon House, Birmingham, Inggris Raya

Arsitek John Christophers mengubah rumahnya sendiri menjadi salah satu rumah paling berkelanjutan di Inggris.

Dia memasukkan konsep kontemporer yang ditutupi dengan panel fotovoltaik dan pemanas air tenaga surya ke sisi rumah pada dua kamar tidur aslinya yang dibangun pada tahun 1840-an.

Kemudian melapisi seluruh struktur dengan membran yang menghentikan udara dan panas keluar, dan memasukkan lantai tanah yang ditarik dari fondasi rumah dicampur dengan tanah liat merah.

Rumah ini sekarang memiliki energi positif dengan menciptakan lebih banyak energi daripada yang digunakannya.

Sehingga telah mengalami pengurangan bersih sebesar 1.300 pon (660 kilogram) CO2 per tahun, dibandingkan perkiraan emisi saat sebelum renovasi.

2. The Sustainable City, Dubai, Uni Emirat Arab

Pengembangan kawasan rendah karbon seluas 114 hektar yang dibuat oleh Diamond Developers ini merupakan rumah bagi 3.000 orang dari 64 negara.

Pengembang mengambil pendekatan holistik untuk aspek keberlanjutan. Merancang komunitas yang dapat menghasilkan makanannya sendiri, melestarikan dan menggunakan kembali air, serra memenuhi 87 persen dari penggunaan energinya.

Yakni melalui fotovoltaik atap yang dikombinasikan dengan langkah-langkah efisiensi energi.

Panel surya di kedua rumah dan ruang umum menghasilkan 1,7 gigawatt per jam energi terbarukan setiap tahun.

Seluruh pembangunan diperkirakan mengimbangi sekitar 8.500 ton karbon dioksida setiap tahun.

3. SDE4 di Universitas Nasional di Singapura, Singapura

Bangunan ini terinspirasi oleh rumah kayu Melayu sederhana di kawasan yang sama. Platform yang ditinggikan dan pembagian ruangan yang longgar yang memungkinkan ventilasi silang terus menerus.

SDE4 adalah gedung tanpa energi pertama di Singapura. Tercakup dalam panel fotovoltaik, gedung ini memiliki kapasitas pembangkit energi 500 megawatt per jam serta lebih dari separuh gedung terbuka untuk lingkungan dan berventilasi alami.

Di ruang kelas yang membutuhkan pendinginan, menggunakan sistem pendingin hybrid yang ditambah dengan kipas di langit-langit. Sehingga mengurangi penggunaan energi sekitar 36 hingga 56 persen dibandingkan bangunan konvensional di Singapura.

4. Council House 2, Melbourne, Australia

Bangunan seluas 12.450 meter persegi merupakan sebuah gedung perkantoran pemerintah. Dirancang oleh arsitek Mick Pearce dan firma arsitektur Australia DesignInc agar berfungsi seperti ekosistem lingkungan.

Dibandingkan dengan gedung perkantoran Melbourne konvensional, bangunan ini telah mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 87 persen serta memangkas penggunaan energi dan air hingga 60 persen.

Fasad barat bangunan sangat responsif diprogram untuk melacak pergerakan matahari. Pada musim dingin, daun jendela kayu daur ulang yang terbuka untuk membiarkan cahaya masuk. Kemudian, selama puncak matahari sore di musim dingin, daun jendela ditutup.

5. Bullitt Center, Seattle, Washington, AS

Bangunan ini dirancang oleh Miller Hull Partnership dengan tujuan ambisius menjadi bangunan komersial paling berkelanjutan di dunia.

Atap kanopi coplanar menampung 575 panel fotovoltaik yang menghasilkan energi 230 megawatt per jam setiap tahun.

Struktur inti bangunan dibangun untuk 250 tahun terakhir, bukan standar 40-50 tahun untuk bangunan komersial kontemporer.

Mengingat jumlah karbon yang terkandung di dalamnya, bangunan yang bertahan adalah yang paling berkelanjutan.

Bullitt Center telah menyimpan 600 ton karbon dioksida dalam rangka kayu strukturalnya dan hanya menggunakan 25 persen energi yang digunakan bangunan konvensional di Seattle.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/09/22/173000521/ini-5-bangunan-rendah-karbon-di-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke