Tentang hal ini Bens Leo bercerita antara lain sebagai berikut :
Sebagai pemeluk agama Katolik banyak yang menganggap kebiasaan saya mengucapkan selamat Berbuka Puasa atau menemani sahur yang biasanya saya mulai jam 01.00 WIB menyesuaikan jam 03.00 WIT sesuatu yang nggak lazim, cape-capein aja, tapi sungguh saya menikmati kebiasaan ini sebagai titah bertoleransi.
Awalnya karena saya tinggal di rumah yang hanya sepelemparan batu dengan masjid, jadi saya selalu mendengar ajakan orang shalat melalui pengeras suara masjid.
Saya menikmati adzan dengan suara indah, dan pas bulan Ramadhan saya juga mendengar ajakan sahur dengan kreativitas ajakan diberi notasi jadi seperti lagu.
Jika dibawakan bareng, jadi seperti choir – paduan suara, karena harmonisasinya.
Ajakan sahur lewat Masjid inilah yang membangunkan saya dini hari dan meneruskannya dengan mengajak anda menyiapkan sahur atau santab sahur.
Begitulah seorang Bens Leo di tengah rasa humanis yang penuh toleransi tiada pernah terlepas dengan latar belakang musik dengan alunan notasinya.
Rasa menikmati keindahan tangga nada ternyata telah mengantar Bens Leo tetap beraktivitas di tengah melanda dan merebaknya pandemi Covid-19.
Etos dan kinerja tinggi diiringi ketekunan yang luar biasa dari almarhum selalu tampak bergelora tidak pernah redup.
Buku yang berjudul Band The Playsets berkisah tentang perjalanan 5 tahun manggung bersama setiap hari Rabu di QiLounge Hotel Sultan Jakarta.
Sebuah buku tentang kiprah musik Band The Playsets yang digarap sebagian besar oleh Bens Leo dengan penuh antusias.
Dunia musik Indonesia kehilangan salah satu PR terbaiknya yang tidak pernah lelah menyebar luaskan apa saja berkait dengan musik di Indonesia.
Pekerjaan yang tidak banyak di gandrungi orang karena tidak hanya membutuhkan talenta yang mendalam akan tetapi juga spirit yang tinggi dan atau semangat kerja yang tidak kenal lelah.
Besar dan banyak jasa Bens Leo di dunia musik Indonesia tidak terhitung dan kini dia sudah pergi meninggalkan kita semua untuk selama-lamanya.