Hingga di penghujung hidupnya, Didi Kempot seolah ingin mengajarkan tentang filsafat eksistensi kepada kita semua anak negeri. Ia mengajarkan kepada kita semua bahwa kreativitas dan inovasi merupakan kunci.
Di saat yang sama, kegigihan yang diikuti oleh keyakinan untuk berjuang akan berbuah manis pada saatnya nanti.
Saat buah manis itu mulai terasa, Didi Kempot tidak melupakan akarnya. Ia lahir dan besar dari keluarga yang tidak berada. Telah lama ia bersahabat dengan kemiskinan dalam kehidupannya.
Karena itu saat pandemi Covid-19 menyerang, ia galang solidaritas bantuan untuk membantu negara dan masyarakat yang terdampak krisis ini.
Baca juga: Rosiana Silalahi: Mas Didi Kempot Bahagia Konser Amalnya Capai Rp 7,6 M
Didi Kempot juga sangat dekat dengan para kiai. Di tengah ketenaran dan popularitas, seolah ia tak ingin kehilangan jati diri.
Di tengah kesan dunia hiburan yang glamour, ia menyempatkan diri ikut mengaji bersama para Kiai Nahdlatul Ulama (NU), untuk menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi.
Kini sang maestro telah pergi. Karya-karyanya akan terus dikenang dan kita nikmati. Didi Kempot mengajarkan kepada kita semua, bahwa kemapanan tanpa karya maka hidup manusia akan dilupakan sejarah dan ditelan bumi.
Melalui karya-karya besar yang lahir dari berbagai keterbatasan, Didi Kempot telah meninggalkan legacy untuk perkembangan budaya dan tradisi bangsa ini.
Semoga husnul khotimah dan karya-karyanya yang terus dinikmati masyarakat negeri, menjadi amal jariyah yang akan menemani menuju perjalanan abadi.
Selamat jalan Mas Didi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.