Cerita Duta Sheila On 7 Akhirnya Bisa Berkunjung ke Makam Leluhurnya Kiai Modjo di Tondano, Menaiki Bukit dan Gunung

Duta menceritakan, berkat leluhurnya itulah nama Modjo bisa tersemat di belakang nama lengkapnya.

Menurut Duta, ia tahu makam leluhurnya bisa ada di Tondano lantaran melihat foto ayahnya yang merupakan dosen berkunjung ke sana.

“Dulu kan pas saya kecil sering lihat bapak, karena bapak kan dosen, sering jadi dosen tamu juga, nah pas diundang ngajar di Manado saya lihat bapak berkunjung ke makam Kiai Modjo di Tondano,” ucap Duta dikutip dari kanal YouTube Salim A.Fillah.

Setelah besar, Duta berkata, ia akhirnya kesampaian bisa mengunjungi leluhurnya yang ternyata adalah Pahlawan Nasional Kiai Modjo.

Duta menyebutkan, ia berkunjung ke sana usai tampil Bersama Sheila On 7 di kota Manado, Sulawesi Utara.

“Saya akhirnya kesampaian juga pas sudah jadi vokalis Sheila On 7, saya akhirnya dijemput oleh saudara yang ada di sana, dari Manado 2,5 jam,” ucap Duta.

Kata Duta, ia harus melewati bukit dan gunung untuk bisa menuju makam Kiai Modjo.

“Naik gunung, bukit, akhirnya saya kesampaian juga ke sana, itu pas awal-awal Sheila On 7,” ucap Duta.

Duta menyebutkan, di sana ia juga menemui saudara-saudara jauhnya yang merupakan keturunan Kiai Modjo beserta pengikutnya yang beranak-pinak selama di tempat pengasingan.

“Itu ada 63 orang, mayoritas laki-laki semua, dan beranak pinak menikah dengan warga setempat,” ucap Duta.

Diketahui, Muslim Mochammad Khalifah atau dikenal Kiai Madja / Kiai Modjo lahir di Surakarta, Jawa Tengah tahun 1792.

Kiai Modjo dikenal sebagai ulama dan tokoh militer kepercayaan Pangeran Diponegoro.

Kiai Modjo merupakan kerabat Pangeran Diponegoro dan masih memiliki darah Keraton Yogyakarta.

Kiprah Kiai Modjo sendiri merupakan pengatur strategi militer saat melawan Belanda ketika Perang Jawa meletus pada tahun 1825 sampai 1830.

Berkat sosoknya, Kiai Modjo juga menjadi jenderal perang sekaligus guru spiritual Pangeran Diponegoro.

Kiai Modjo sendiri meninggal di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara pada 20 Desember 1849 dalam pengasingan Belanda.