Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan Air, Pengungsi Gaza: Kalau Kami Mandi, Kami Tak Bisa Minum

Kompas.com - 16/10/2023, 08:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

GAZA, KOMPAS.com - Pengungsi Gaza mengeluh bahwa mereka kekurangan air sehingga persediaan untuk mandi dan minum sangat terbatas.

Di Jalur Gaza bagian selatan, sejumlah orang mengantre di kamar mandi. Mayoritas di antara mereka belum mandi berhari-hari setelah Israel memutus aliran air, listrik, dan makanan.

Ahmed Hamid (43) contohnya. Warga yang meninggalkan Kota Gaza bersama istri dan tujuh anaknya itu menuju ke Rafah setelah tentara Israel pada Jumat (13/10/2023) memperingatkan penduduk Gaza utara untuk menuju selatan demi keselamatan sendiri.

Baca juga: Bantuan untuk Gaza Tertahan di Mesir Setelah Penyeberangan Rafah Ditutup

"Kami sudah berhari-hari tidak mandi. Bahkan ke toilet pun harus antre," kata Hamid kepada jurnalis AFP.

“Tak ada makanan. Semua barang habis dan harga makanan yang tersedia melonjak. Satu-satunya makanan yang kami temukan hanya ikan tuna kalengan dan keju.

PBB memperkirakan, sekitar satu juta orang mengungsi sejak Israel melakukan serangan udara tanpa henti di Gaza sebagai balasan gempuran Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan Hamas menyebabkan lebih dari 1.400 orang tewas di pihak Israel, mayoritas adalah warga sipil.

Sementara itu di Gaza, setidaknya 2.670 orang tewas dalam pemboman tanpa henti tersebut, sebagian besar adalah warga sipil Palestina.

Israel juga memutus semua pasokan air, listrik, dan makanan ke Gaza yang padat penduduk, lalu melanjutkan pasokan air ke selatan pada Minggu (15/10/2023).

Baca juga: Jumlah Korban Tewas Perang Hamas-Israel Dekati 4.000 Orang

Pengungsi Gaza bernama Sabah Masbah (50) bercerita, sejak Jumat (13/10/2023), dia tinggal bersama suami, putrinya, dan 21 kerabat lainnya di rumah temannya di Rafah.

“Hal terburuk dan paling berbahaya adalah tidak ada air. Saat ini tak satu pun dari kami yang mandi karena air sangat langka,” ungkapnya kepada AFP.

Kemudian, di rumahnya di Khan Yunis dekat sekolah yang dikelola badan PBB pengurus pengungsi Palestina (UNRWA), Esam (23) mengatakan, “Kami menerima tamu yang mengungsi dari Kota Gaza, permukiman Al Rimal dan Tal Al Hawa.”

Air adalah masalah, lanjut warga yang tidak mau menyebutkan nama lengkapnya itu.

“Setiap hari kami berpikir bagaimana cara mendapatkan air... Kalau kami mandi, kami tidak bisa minum.”

Orang-orang yang mengungsi di sekolah-sekolah UNRWA juga putus asa mencari makanan dan air.

Direktur komunikasi UNRWA Juliette Touma menyampaikan kepada AFP, semakin banyak yang kemungkinan akan menjadi pengungsi Gaza karena orang-orang terus meninggalkan rumah mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com