KTT Putin-Kim minggu ini berlangsung ketika Korea Utara tampaknya menghadapi masalah kekurangan pangan yang parah.
Elizabeth Salmon, pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk hak asasi manusia Korea Utara, mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan bulan lalu bahwa beberapa orang sekarat “akibat malnutrisi, penyakit, dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan.”
Pada Maret, anggota parlemen Korea Selatan yang diberi pengarahan oleh badan intelijen utama negara tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa ada lonjakan kematian akibat kelaparan dan bunuh diri yang dipicu oleh kekurangan pangan yang akut.
Intae Kim, mantan pembelot Korea Utara yang kini menjadi kepala peneliti di Institute for National Security Strategy (INSS), sebuah wadah pemikir yang dijalankan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, mengatakan Kim telah menerapkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas nuklir.
Pembangunan secara serentak sejak ia mengambil alih kekuasaan pada Desember 2011.
Meskipun pemimpin Korea Utara telah memajukan program nuklir negaranya, rencana ekonominya telah gagal total, menurut Intae Kim.
Sementara, Cha Du Hyeogn, peneliti utama di Asan Institute Korea Selatan, mengatakan Kim mencoba mengirim pesan kepada rakyatnya melalui pertemuan puncak terbaru bahwa ia bekerja keras untuk menyelamatkan perekonomian negara yang lumpuh akibat sanksi, pandemi, dan bencana alam.
Keputusan Kim untuk naik kereta lambat dalam perjalanannya dibandingkan penerbangan singkat mungkin merupakan upaya untuk menyampaikan pesan tersebut, menurut Cha.
“Perjalanan kereta api mengingatkan saya pada perjalanannya ke Hanoi,” kata Cha, mengacu pada pertemuan puncak kedua Kim dengan Trump.
Saat itu, Kim menempuh perjalanan kereta api selama 60 jam untuk menghadiri KTT (di Hanoi).
“Kim mungkin bermaksud untuk mempromosikan citranya sebagai seorang pemimpin yang bersedia melakukan perjalanan panjang demi rakyatnya,” kata Cha.
Baca juga: 4 Kendaraan Kim Jong Un ke Luar Negeri, Kereta Anti-Peluru dan Mobil Rp 34 Miliar
Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul Sisi Lain KTT Putin-Kim: Apa Kelanjutan Usai Kesepakatan Senjata?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.