Oleh karena itu, GDI dapat menyediakan sumber daya dan kemitraan yang penting untuk mempercepat pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Namun demikian, sangat penting untuk memastikan bahwa kerja sama tersebut sejalan dengan strategi nasional dan regional untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada aktor eksternal.
Pada tingkat yang lebih luas, pergeseran dari BRI ke GDI menandakan reposisi Tiongkok dalam lanskap pembangunan global.
Sementara BRI sering dianggap sebagai inisiatif unilateral dan asertif, GDI diluncurkan pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengindikasikan niat Beijing untuk memproyeksikan inisiatif ini sebagai upaya multilateral.
Hal ini penting bagi Indonesia dan Asia Tenggara, yang secara konsisten mengadvokasi multilateralisme dan regionalisme yang inklusif.
Hal ini membuka jalan untuk kerja sama dan dialog yang lebih erat, yang dapat membantu membangun saling pengertian dan mengurangi kecurigaan.
Namun, manfaat potensial ini tidak boleh menutupi risiko dan tantangan GDI. Terlepas dari tampilannya yang multilateral, GDI masih merupakan inisiatif yang didorong oleh Tiongkok, yang dipandu oleh kepentingan dan aspirasi geopolitiknya.
Mengingat meningkatnya ketegasan Tiongkok di kawasan ini, khususnya di Laut Tiongkok Selatan, GDI berpotensi dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan politik dan membentuk norma-norma regional.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia dan Asia Tenggara untuk mempertahankan pendekatan kritis, memeriksa implikasi strategis dari keterlibatan dengan GDI sambil menjaga kepentingan mereka dan stabilitas regional.
Terakhir, peluncuran GDI di tengah persaingan strategis antara AS dan Tiongkok memiliki implikasi yang signifikan bagi Indonesia dan Asia Tenggara.
Meskipun kawasan ini telah mahir dalam menavigasi persaingan kekuatan besar, dinamika pergeseran GDI menambah lapisan kompleksitas lainnya.
Hal ini menghadirkan jalan lain untuk persaingan antara Tiongkok dan Barat, terutama dengan AS dan Uni Eropa yang meluncurkan inisiatif pembangunan global masing-masing.
Singkatnya, kemunculan GDI menandakan titik balik substansial dalam strategi global Tiongkok, yang membawa implikasi penting bagi Indonesia dan kawasan Asia Tenggara yang lebih luas.
Selain menjanjikan jalan menuju model kerja sama yang lebih berkelanjutan dan inklusif, GDI juga menghadirkan kompleksitas dan tantangan baru.
Munculnya GDI mengharuskan negara-negara seperti Indonesia untuk memikirkan kembali postur strategis mereka, dengan hati-hati menavigasi lanskap geopolitik yang terus berubah.
Indonesia, khususnya, perlu secara cermat mengevaluasi pertukaran biaya dan manfaat, memastikan bahwa keterlibatannya dengan GDI tidak mengorbankan kepentingan nasional atau stabilitas regionalnya.
Di tengah persaingan strategis yang sedang berlangsung antara AS dan Tiongkok, pertaruhannya menjadi lebih tinggi, sehingga mengharuskan negara-negara Asia Tenggara untuk menapaki garis yang hati-hati di antara kedua kekuatan besar tersebut.
Pada akhirnya, GDI bukan hanya merupakan ujian bagi kepemimpinan global Tiongkok, melainkan juga ujian bagi negara-negara seperti Indonesia dan kawasan Asia Tenggara yang lebih luas, yang menentukan bagaimana mereka mengelola hubungan luar negeri mereka dalam lanskap global yang berubah dengan cepat.
Pilihan yang mereka buat hari ini akan secara signifikan membentuk realitas geopolitik di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.