Faried menyebut, beberapa travel, demi menjaga nama, tetap memberangkatkan jemaah dengan harga lama.
“Tapi mayoritas travel agency merevisi harga dengan ketentuan yang baru. Dan Asosiasi membuat surat secara resmi bahwasanya ini keadaan yang sebenarnya di Arab Saudi,” lanjutnya.
Jumlah jemaah Indonesia sejak 2022 sampai 2023 melampaui 1,5 juta, terbanyak sejauh ini.
Sebelum pandemi, kata Faried, jemaah umrah terbanyak adalah dari Pakistan.
Jumlah jemaah yang terus bertambah tidak akan menurunkan tarif hotel, malah akan terus naik.
Baca juga: Arab Saudi Berlakukan Denda Rp38 Juta Bagi Siapa Saja yang Umrah Tanpa Izin, Perhatikan Syaratnya
“Dan akan ‘gila-gilaan’ pada saat Ramadan, terutama 10 hari terakhir bulan puasa,” kata Faried.
“Sekarang ini harganya sekitar 2.000 SAR. Untuk akhir Ramadan, akan jadi 80.000 sampai 100.000 (SAR) per kamar per 10 hari,” jelasnya.
Menanggapi situasi yang meresahkan jemaah dan biro perjalanan, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Eko Hartono, meminta penyelenggara umrah berkomunikasi dengan jemaah supaya jemaah mendapat haknya dan ibadah berjalan lancar.
Dia mengatakan, jumlah jemaah umrah sekarang memang luar biasa banyak, terutama dari Indonesia.
“Kenapa jemaah kita membludak? Satu, karena sudah dua tahun tidak ada umrah dan haji sehingga mereka menggunakan kesempatan ini karena saking kangennya. Yang kedua, kami dengar dari Kemenag bahwa sebagian jemaah, terutama yang sudah usia sepuh-sepuh yang kemarin tertunda keberangkatannya tahun 2020-2021, karena pertimbangan usia dan sebagainya memutuskan untuk menarik diri. Tidak jadi ikut haji, umrah saja,” jelas Eko Hartono.
Bukan hanya jemaah dari Indonesia yang bertambah tetapi juga dari negara-negara lain.
Akibatnya, untuk mendapat kamar hotel luar biasa sulit. Kalau dapat, harganya pasti mahal.
Jadi, Eko yakin bahwa travel yang membawa jemaah bermaksud menipu dan secara sepihak mengganti akomodasi hotel.
Baca juga: Arab Saudi Bolehkan Wanita 45 Tahun ke Atas Jalani Umrah Tanpa Mahram
“Tapi seharusnya ya, jangan sampai pindah kelas dong. Artinya kalau menjanjikan bintang lima misalnya, pada saat dia ternyata tidak dapat di tempat itu, ya mestinya selisihnya dikembalikan. Memang ini gila-gilaan, harganya luar biasa. Ini hukum pasar antara permintaan dan penawaran,” imbuhnya.
Sopiati mengatakan ia dijanjikan mendapat pengembalian uang dari selisih tarif hotel, dari seharusnya bintang lima menjadi bintang empat.
Namun setelah dua bulan, ia belum menerima uang itu. Dari jemaah lain, dia pun mendengar bahwa tidak ada cerita uang itu dikembalikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.