Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Berkepanjangan di Ukraina Dikhawatirkan Tingkatkan Risiko Serangan Nuklir

Kompas.com - 22/02/2023, 07:43 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Kampanye Internasional untuk Peniadaan Senjata Nuklir (International Campaign to Abolish Nuclear Weapons/ICAN) memperingatkan bahwa semakin lama perang Rusia di Ukraina berlangsung, maka semakin besar pula risiko penggunaan serangan nuklir.

Direktur eksekutif interim ICAN, Daniel Hogsta, menyuarakan peringatan atas ancaman terselubung dari Kremlin untuk melepaskan senjata nuklir.

Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk menangguhkan partisipasi Moskwa dalam perjanjian START Baru. Itu adalah pakta pengendalian senjata nuklir AS-Rusia terakhir yang tersisa.

Baca juga: Putin Putuskan Rusia Tangguhkan Partisipasi dalam Perjanjian Nuklir START

"Risiko penggunaan senjata nuklir meningkat sebagai akibat dari perang ini. Ada kemungkinan salah perhitungan atau ancaman yang dilakukan oleh Rusia. Tentu saja ada peluang yang lebih besar dari sebelumnya. Itu adalah sesuatu yang harus kita tanggapi dengan sangat serius," kata Daniel Hogsta kepada asosiasi koresponden PBB pada Selasa (21/2/2023).

Putin disebut telah berulang kali mengeluarkan ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, sehingga menghidupkan kembali ketakutan akan era Perang Dingin.

Hogsta memperingatkan kehadiran ancaman nuklir seperti yang pernah dikemukakan oleh para pemimpin rusia dapat menciptakan rasa ketidakpastian yang berbahaya seputar kemungkinan penggunaannya.

"Kami tidak bisa membiarkan kesalahan perhitungan atau miskomunikasi apa pun. Semakin lama Rusia memutuskan untuk melanjutkan invasi dan operasi militernya, maka semakin besar kemungkinan senjata nuklir akan menjadi bagian yang lebih besar dari konflik ini," ucap dia, dikutip dari AFP.

Baca juga: Rusia Tuduh Ukraina Rencanakan Insiden Nuklir lalu Salahkan Moskwa Jelang Pertemuan PBB

Mengenai apakah serangan nuklir Rusia akan berakhir dengan kejatuhan yang menyebar ke seluruh Rusia sendiri, Hogsta mengatakan pertimbangan Moskwa tentang risiko pukulan balik mungkin minimal.

"Itu sesuatu yang sangat menakutkan," katanya.

Putin sebelumnya telah mengumumkan bahwa Rusia akan menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian START Baru.

Pengumuman itu muncul setelah Moskwa Agustus lalu menangguhkan inspeksi AS terhadap situs militernya di bawah START Baru.

Hogsta mengatakan, tidak ada transparansi apa pun seputar ukuran persenjataan nuklir Rusia dan negara lain.

Dia memperingatkan bahwa Rusia tampaknya semakin memikirkan tentang cara-cara senjata nuklir dapat digunakan, serta meningkatkan dan memodernisasi sistem pengiriman yang tersedia.

"Jadi tentu tidak ada niat Rusia untuk mengurangi ketergantungan pada senjata nuklir," pendapat Hogsta.

ICAN sendiri adalah organisasi yang pernah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2017 atas upayanya membangun Perjanjian tentang Larangan Senjata Nuklir.

Baca juga: AS Tuduh Rusia Langgar Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir

Sebanyak 68 dari 92 penandatangannya telah meratifikasi dokumen tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com