Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Desak Malaysia Setop Pulangkan Pencari Suaka Myanmar, Ini Alasannya

Kompas.com - 26/10/2022, 07:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia/Lisa Schlein

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Badan pengungsi PBB, UNHCR mendesak pihak berwenang Malaysia agar berhenti memulangkan dengan paksa para pencari suaka Myanmar kembali ke negara asal mereka.

Para pejabat lembaga itu menyebut, nyawa para pencari suaka tersebut terancam.

UNHCR mengatakan pemulangan paksa para pencari suaka Myanmar dari Malaysia itu berlangsung sejak April.

Baca juga: Pemilu Malaysia: Anwar, Mahathir, Muhyiddin Gagal Koalisi, UMNO Melenggang Mulus?

Dalam dua bulan terakhir, pejabat UNHCR melaporkan, ratusan warga negara Myanmar dikirim kembali di luar kehendak mereka.

Juru bicara UNHCR Shabia Mantoo mengatakan, insiden terbaru terjadi Jumat (21/10/2022), ketika pihak berwenang Malaysia menentang upaya badan itu dan mendeportasi seorang pencari suaka yang ditahan.

Mantoo mengatakan, memulangkan orang yang mencari perlindungan internasional kembali ke Myanmar, berarti menyebabkan mereka menanggung bahaya.

“Prinsip non-refoulment (non-pemulangan paksa para pengungsi atau pencari suaka) adalah landasan hukum internasional dan mengikat semua negara. Situasi di Myanmar memaksa orang untuk melarikan diri guna mencari keselamatan di dalam negeri dan melintasi perbatasan," papar Mantoo.

Baca juga:

"Kami sebenarnya tidak memiliki informasi tentang apa yang terjadi pada orang-orang yang dipulangkan itu begitu mereka tiba. Itulah sebabnya kami terus mendesak agar mereka tidak dikembalikan ke Myanmar di luar kehendak mereka," tambah dia.

UNHCR mendata lebih dari 183.000 pengungsi dan pencari suaka di Malaysia.

Mereka termasuk hampir 106.000 warga Rohingya dan 52.000 orang lainnya dari kelompok etnis yang melarikan diri akibat konflik dan penganiayaan di Myanmar.

Pengamat mengatakan, setidaknya 17.500 orang ditahan di 21 pusat penahanan imigrasi di seluruh negeri, termasuk lebih dari 1.500 anak-anak.

Badan Pengawas HAM melaporkan, Malaysia secara paksa memulangkan lebih dari 2.000 warga negara Myanmar sejak April, lebih dari setengahnya dalam dua bulan terakhir.

“Kami terus berdialog dan terlibat dengan pihak berwenang di sana tentang hal ini. Dan ini adalah campur tangan berkelanjutan yang kami lakukan, tetapi saya tidak memiliki umpan balik lebih dari itu. Namun kami melanjutkan campur tangan kami dengan pihak berwenang dan berharap ini akan berhenti," kata Mantoo.

Baca juga: Panglima TNI Andika Perkasa Terima Penghargaan PGAT dari Kerajaan Malaysia

Badan pengungsi PBB mengulangi seruannya kepada negara-negara lain di kawasan untuk terus memberi perlindungan kepada warga negara Myanmar yang melarikan diri demi keselamatan.

UNHCR juga mendesak pemerintah Malaysia untuk mengakhiri praktik penahanan tanpa batas waktu terhadap pencari suaka dan pengungsi dari Myanmar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com