HARARE, KOMPAS.com - Zimbabwe menjadi negara pertama di Afrika dan ketiga di dunia yang menyetujui obat pencegahan HIV yang baru-baru ini direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebelumnya, regulator di Australia dan AS telah memberikan dukungan mereka untuk menggunakan obat yang disebut cabotegravir atau CAB-LA.
WHO pun menyambut baik langkah Zimbabwe.
Baca juga: Kisah Pria Terkena Cacar Monyet, Covid-19, dan HIV secara Bersamaan
Perjuangan negara Afrika itu melawan HIV telah membuat angka kematian terkait AIDS turun dari sekitar 130.000 pada 2002 menjadi 20.000 pada 2021.
Tahun lalu, Zimbabwe meluncurkan rencana strategis untuk mengakhiri AIDS pada 2030, dan telah mencapai target yang dikenal sebagai 90-90-90.
Target tersebut berarti 90 persen orang yang hidup dengan HIV mengetahui status mereka; 90 persen mendapatkan pengobatan antiretroviral; dan 90 persen memiliki virus ditekan.
Sistem perawatan kesehatan Zimbabwe menghadapi kesulitan ekstrem di tengah krisis ekonomi negara itu dan tidak ada seorang pun di Kementerian Kesehatan yang dapat mengomentari izin terkait obat baru tersebut menurut laporan Guardian pada Kamis (20/10/2022).
Baca juga: Demi Buktikan Cinta, Gadis Remaja Suntikkan Darah Pacarnya yang Positif HIV
WHO mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa persetujuan peraturan adalah "langkah penting."
Badan internasional itu pun menyatakan pihaknya akan mendukung Zimbabwe "untuk merancang dan mengembangkan program sehingga CAB-LA dapat diimplementasikan, dengan aman dan efektif, untuk dampak terbesar."
Obat tersebut telah memperbarui harapan untuk lebih mengurangi kematian di Afrika selatan. Sesuai rekomendasi WHO pada Juli, CAB-LA dinilai sangat efektif dalam mengurangi penularan diantara orang yang paling berisiko tertular HIV.
Baca juga: Kabar Baik: Pasien Ini Diyakini “Sembuh” dari HIV, Menjadi yang Keempat di Dunia