Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Dollar AS Terus Menguat dan Apa Dampaknya?

Kompas.com - 29/09/2022, 10:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dollar AS mencapai titik terkuat selama dua dekade jika dibandingkan dengan mata uang utama lainnya.

Itu artinya membeli dollar AS akan jauh lebih mahal, dan dollar AS dapat membeli mata uang lainnya dalam jumlah lebih banyak, seperti poundsterling, euro, atau yen.

Hal tersebut sudah pasti bakal memengaruhi urusan bisnis dan rumah tangga di seluruh dunia.

Baca juga: Ekonom Ungkap Penyebab Rupiah Melemah ke Rp 15.200 per Dollar AS

Seberapa kuat dollar AS?

Dollar AS mencapai titik tertinggi dalam 20 tahun.BBC INDONESIA Dollar AS mencapai titik tertinggi dalam 20 tahun.

Indeks dolar (DXY) --yang mengukur dollar AS terhadap rata-rata enam mata uang utama lainnya termasuk euro, poundsterling dan yen-- telah meningkat 15 persen pada 2022.

Dengan ukuran itu, kini dollar AS berada pada level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Baca juga: Rupiah Terus Tertekan, Bisa Tembus Rp 16.000 Per Dollar AS?

Mengapa dollar AS begitu kuat?

Bank Sentral AS telah menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini demi mengatasi kenaikan harga. Akibatnya biaya meminjam uang menjadi lebih mahal.

Di sisi lain, Anda akan mendapatkan lebih banyak uang jika Anda hendak mencairkan produk investasi keuangan seperti obligasi pemerintah AS --yang sudah pasti menarik bagi investor.

Obligasi adalah surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat diperjualbelikan.

Obligasi berisi janji dari pihak yang menerbitkan Efek untuk membayar imbalan berupa bunga (kupon) pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir waktu yang telah ditentukan, kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Investasi keuangan ini umumnya dianggap sangat aman.

Baca juga: Penyebab Kurs Rupiah Melemah hingga Tembus Rp 15.200 Per Dollar AS

Ada desakan untuk membeli obligasi Pemerintah AS di Wall Street.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ada desakan untuk membeli obligasi Pemerintah AS di Wall Street.

Pada Juli 2022 saja, investor asing membeli obligasi pemerintah AS bernilai 10,2 miliar dollar AS (Rp 154 triliun), dan sekarang naik jadi 7,5 triliun  dollar AS (Rp 113 kuadriliun).

Investor harus membeli dollar AS untuk mendapatkan obligasi ini, dan permintaan itu turut meningkatkan nilai dollar AS.

Ketika investor memutuskan menjual mata uang lain untuk membeli dollar AS, nilai mata uang lain itu menjadi turun.

Sementara itu, poundsterling anjlok ke level terendah setelah Pemerintah Inggris mengumumkan pemotongan pajak yang besar.

Investor juga cenderung membeli dollar AS saat ekonomi global sedang tertekan, lantaran besarnya perekonomian dan wilayah AS membuat dollar sebagai safe haven atau aset yang aman. Hal itu juga ikut menaikkan nilai dollar AS.

Baca juga: Terus Melemah, Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 15.200 Per Dollar AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com