Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Hari Ini 21 Tahun Lalu: Serangan 11 September

Kompas.com - 11/09/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANGGAL 11 September 2001 telah terjadi peristiwa serangan teroris terhadap Amerika Serikat menggunakan pesawat terbang sipil komersial.

Hari itu, pesawat American Airlines Boeing 767 yang memuat 20.000 galon bahan bakar jet menabrak North Tower Gedung World Trade Center di New York City pada pukul 08.45 waktu setempat.

Berikutnya, lebih kurang 18 menit kemudian, Boeing 767 United Airlines 175 menghantam South Tower pada gedung yang sama.

Tidak berselang lama, Pesawat American Airlines Flight 77 menerabas sisi Gedung Pentagon, Markas Besar Angkatan Perang Amerika Serikat.

Diikuti kemudian pesawat ke empat United Airlines 193 yang jatuh di dekat Pennsylvania yang konon mengarah ke Gedung Putih.

Hampir 3.000 orang berasal dari 78 kewarganegaraan tewas pada pagi itu, menjadi korban serangan teroris menggunakan pesawat terbang sipil komersial rute domestik.

Teroris yang menyerang Amerika Serikat menggunakan pesawat terbang sipil telah menempatkan jaringan penerbangan sipil komersial dalam negeri sebagai “global potential threat”.

Kerugian yang diderita mencapai miliaran dollar AS dan ribuan nyawa melayang seketika.

Penerbangan sipil komersial rute dalam negeri terpaksa diberlakukan dan dicatat khusus sebagai salah satu potensi ancaman serius terhadap Keamanan Nasional Amerika Serikat.

Jajaran sistem pertahanan udara Amerika yang kesohor canggih seolah dipermalukan oleh peristiwa ini.

Tercatat walaupun NEADS (North East Air Defence Sector) sempat menerbangkan dua Pesawat F-15 yang standby untuk berusaha menggagalkan serangan, pesawat teroris telah terlanjur meruntuhkan Twin Tower beberapa menit sebelumnya.

Sejak peristiwa yang dikenal kemudian dengan sebutan tragedi 9/11 itulah, maka pemerintah Amerika Serikat melakukan pengawasan yang ketat terhadap aktivitas penerbangan sipil komersial terutama pada rute domestik.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah membentuk Departement of Homeland Security serta merestrukturisasi pengelolaan penerbangan di dalam negeri.

Tindakan awal dan segera adalah dengan memadukan pengaturan lalu lintas penerbangan sipil dan militer, dikenal sebagai Civil Military Air Traffic Flow Management System.

Pelajaran mahal yang diperoleh dari 9/11, adalah kesadaran tentang prioritas keselamatan penerbangan sipil saja ternyata tidak cukup dalam melindungi martabat dan eksistensi Amerika Serikat sebagai bangsa.

Itu sebabnya setelah 9/11, Federal Aviation Administration (FAA) sebagai otoritas penerbangan sipil yang paling bergengsi dan terpercaya di pentas global terbukti tidak dapat diandalkan.

Itu sebabnya dibangunlah kemudian TSA, Transportation Security Adminstration untuk mendampingnya.

Sekali lagi Amerika berhadapan dengan kenyataan bahwa aspek keselamatan penerbangan saja tidak cukup untuk menjaga National Security. FAA harus dilengkapi dengan TSA.

Intinya adalah ternyata aspek keselamatan penerbangan harus berjalan seiring seirama dalam pengelolaan Keamanan Nasional.

Aviation Safety harus terpadu dengan Aviation Security yang merupakan bagian integral dari National Security.

Lebih kurang satu tahun setelah kejadian, yaitu pada 27 November 2002, Kongres bersama dengan Presiden Amerika membentuk Komisi Nasional untuk melakukan penyelidikan mendalam.

Komisi itu diberi nama National Commision on Terrorist Attack upon the United States berdasar Public Law 107 – 306.

Komisi nasional ini terdiri dari 10 orang pilihan yang masing-masing lima orang komisioner dari partai Republik dan Demokrat dipimpin oleh Ketua Thomas H Kean. Komisi dibantu oleh 78 orang staf dari berbagai disiplin.

Dalam laporan finalnya, Komisi melaporkan bahwa mereka telah mempelajari 2,5 juta halaman dari berkas dokumen penting yang terkait.

Komisi juga telah melakukan wawancara terhadap 1.200 orang di 10 negara. Mereka juga telah melaksanakan 19 hari rapat dengar pendapat serta mendengarkan kesaksian dari 160 saksi mata.

Tujuan utama dari komisi ini adalah untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi pelajaran apa yang dapat dipetik agar peristiwa yang sangat mencemarkan bangsa Amerika tidak terulang kembali.

Komisi bekerja keras dan sangat menyadari benar bahwa dalam peristiwa 9/11, mereka berhadapan dengan musuh yang sangat canggih, penuh kesabaran, disiplin tinggi dan mematikan.

Komisi yang dibentuk oleh Presiden bersama dengan kongres adalah sebuah badan yang terdiri dari orang-orang yang kredibel, independen, tidak memihak, menyeluruh dan non partisan.

Demikianlah komisi yang telah bekerja keras itu menyelesaikan tugasnya yang dituangkan dalam Final Report setebal lebih dari 500 halaman.

Tentu saja pemerintah Amerika Serikat tidak ingin peristiwa memalukan harkat dan martabat bangsanya terjadi lagi.

Sampai sekarang sudah lebih dari 20 tahun, setiap orang yang berkunjung ke Amerika Serikat masih harus mengalami pemeriksaan “security check” yang sangat ketat dan bahkan terkadang menyebalkan.

Itu sekadar refleksi dari bagaimana Amerika yang tidak ingin peristiwa 9/11 terulang kembali.

Peristiwa 9/11 sebagai surprise attack terjadi dalam kurun waktu 60 tahun setelah surprise attack sebelumnya yang dilakukan oleh armada udara Angkatan Laut Kerajaan Jepang terhadap pangkalan Amerika Serikat di Pearl Harbor 7 Desember 1941. Tragedi 9/11 dapat disebut juga sebagai the second Pearl Harbor.

Pelajaran mahal dari dua surprise attack yang dialami Amerika Serikat adalah betapa pentingnya mengelola dan menjaga sendiri wilayah udara kedaulatan sebuah negara.

Itu sebabnya, akan banyak muncul masalah dan kerawanan pada aspek keamanan nasional apabila sebuah negara memutuskan untuk mendelegasikan pengolaan wilayah udaranya ke pihak asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Global
Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Global
Zebra Kabur di Jalan Raya AS, Penunggang Rodeo Datang Menyelamatkan

Zebra Kabur di Jalan Raya AS, Penunggang Rodeo Datang Menyelamatkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com