Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangladesh Minta China Bantu Pemulangan Kembali Pengungsi Rohingya ke Myanmar

Kompas.com - 09/08/2022, 20:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

DHAKA, KOMPAS.com - Bangladesh meminta kerja sama dari China untuk memulangkan kembali (repatriasi) pengungsi Rohingya ke Myanmar selama kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

China telah menggunakan pengaruhnya di Myanmar untuk menengahi perjanjian November 2017, terkait pemulangan sekitar 700.000 Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar pada Agustus tahun itu.

Namun, terlepas dari upaya pemulangannya kembali, para pengungsi menolak karena takut akan bahaya di Myanmar, yang diperburuk oleh pengambilalihan militer tahun lalu.

Baca juga: Pengadilan PBB Tolak Keberatan Myanmar, Kasus Genosida Rohingya Bakal Disidangkan

Wang tiba di Dhaka pada Sabtu (6/8/2022) dan bertemu dengan Perdana Menteri Sheikh Hasina dan Menteri Luar Negeri AK Abdul Momen.

Mereka membahas masalah bilateral dan global sebelum kepulangannya pada Minggu (7/8/2022), kata Shahriar Alam, menteri muda Bangladesh untuk urusan luar negeri sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Senin (8/8/2022).

Menteri junior Bangladesh mengatakan China berjanji untuk bekerja terus menerus untuk menyelesaikan krisis Rohingya dan mengutip Wang yang mengatakan bahwa tantangan internal Myanmar meresahkan negara-negara lain.

“Menteri luar negeri kami dengan tegas menegaskan bahwa kerja sama China diperlukan. China telah berkembang dalam menyelesaikan masalah Rohingya dan kami membutuhkan situasi untuk segera diakhiri,” kata Alam.

Pada Minggu (7/8/2022), Bangladesh dan China menandatangani atau memperbarui empat perjanjian dan nota kesepahaman tentang manajemen bencana, infrastruktur dan pertukaran budaya.

Baca juga: Rohingya di Bangladesh Minta Dipulangkan: Pengungsi seperti Hidup di Neraka

Analis Munshi Faiz Ahmad, yang menjabat sebagai duta besar Bangladesh di Beijing, mengatakan kunjungan Wang penting bagi kedua negara.

“Untuk menyelesaikan krisis Rohingya, Bangladesh membutuhkan dukungan dari China. Kunjungan ini akan membantu memperkuat hubungan bilateral,” kata Ahmad kepada kantor berita AP.

“Bagi kami, China sangat penting. Kita juga perlu menjaga hubungan baik dengan India dan Amerika Serikat karena mereka juga merupakan mitra pembangunan yang sangat penting bagi Bangladesh. Tidak ada yang perlu ditakutkan soal hubungan dekat Bangladesh dengan China,” katanya.

Hubungan Bangladesh China

Bangladesh memiliki hubungan yang kuat dengan China, yang merupakan mitra dagang utama sebagian besar untuk bahan baku industrinya.

Tetapi mempertahankan hubungan dekat dengan Beijing merupakan tantangan bagi Bangladesh, yang juga menyeimbangkan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan India dan Amerika Serikat, saingan utama China.

Baca juga: Ratusan Warga Rohingya Kabur dari Pusat Penahanan Malaysia, 6 Orang Tewas

Lebih dari 500 perusahaan China aktif di Bangladesh. China terlibat dalam semua proyek infrastruktur utama negara itu seperti pelabuhan laut, terowongan sungai dan jalan raya, dan membantu membangun jembatan terbesarnya di atas Sungai Padma dengan biaya 3,6 miliar dollar AS.

Di tengah ketegangan baru-baru ini antara China dan Taiwan, Bangladesh mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali dukungannya terhadap kebijakan "satu-China".

Setelah memenangkan pemilihan pada 2008, pemerintahan Hasina menutup kantor perwakilan bisnis Taiwan di Dhaka sebagai tanggapan atas permintaan dari China. Sejak itu Beijing telah meningkatkan keterlibatannya di Bangladesh.

Industri garmen Bangladesh, yang mendatangkan lebih dari 80 persen mata uang asing dari ekspor, sangat bergantung pada China untuk bahan baku.

Pada Minggu (7/8/2022), Wang mengatakan kepada Hasina bahwa negaranya menganggap Bangladesh sebagai “mitra pembangunan strategis” dan akan terus mendukungnya, kata Ihsanul Karim, sekretaris pers kepresidenan.

Baca juga: Siapa Rohingya dan Sejarah di Myanmar

United News of Bangladesh melaporkan bahwa Wang juga berjanji untuk berdiri di samping Bangladesh “dalam semua masalah di forum internasional”.

Kantor berita yang dikelola negara Bangladesh Sangbad Sangstha melaporkan bahwa Hasina menyinggung soal ketegangan di tingkat global yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi Barat terhadap Moskwa.

“Orang-orang (di seluruh dunia) sedang mengalami masa-masa sulit … Asia Selatan, Asia Tenggara dan China dapat bekerja sama untuk kemajuan ekonomi,” kata dia.

Alam mengatakan Wang setuju untuk memperluas manfaat perdagangan dengan meningkatkan akses bebas bea hingga 98 persen dari 97 persen produk dan layanan Bangladesh saat ini ke pasar China.

“Ini adalah kabar baik bagi Bangladesh karena kami memiliki ekonomi yang berkembang berdasarkan ekspor,” kata Alam.

“Sekarang mereka telah menawarkan 1 persen lagi mulai 1 September,” katanya, seraya menambahkan bahwa keuntungan pajak baru kemungkinan akan mencakup garmen, tenun dan produk lain yang sebelumnya menghadapi beberapa hambatan.

Baca juga: AS Tetapkan Militer Myanmar Lakukan Genosida terhadap Muslim Rohingya

Dia mengatakan Bangladesh akan segera mendapatkan daftar dari China tentang produk dan layanan yang akan mendapatkan akses bebas bea.

Alam mengatakan Wang menjelaskan kepada menteri luar negeri Bangladesh bahwa "beberapa negara salah paham dan salah menafsirkan" China. Dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

Tetapi Menlu Negara Asia Selatan itu mengatakan kepada wartawan secara terpisah bahwa menteri China menyebutkan bahwa sebagian orang Taiwan sedang diprovokasi melawan kedaulatan China. Beijing menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com