Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru: Perekonomian Rusia Babak Belur akibat Dibanjiri Sanksi

Kompas.com - 29/07/2022, 12:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NEW HAVEN, KOMPAS.com – Banjir sanksi terhadap Moskwa membuat perekonomian Rusia babak belur, menurut sebuah studi terbaru dari Yale University.

Studi tersebut dirilis kala Rusia berulangkali menyatakan bahwa negaranya tidak merasakan hidup sulit.

Para peneliti dari Yale University menggunakan data konsumen dan angka dari mitra perdagangan dan pengiriman internasional Rusia untuk mengukur aktivitas ekonomi lima bulan setelah Moskwa menginvasi Ukraina.

Baca juga: Estonia Berhenti Keluarkan Visa dan Izin Tinggal untuk Mahasiswa Rusia

Mereka menemukan bahwa posisi Rusia sebagai eksportir komoditas telah terkikis secara permanen, karena terpaksa beralih dari pasar utamanya di Eropa menjadi ke Asia.

Studi tersebut menyebutkan, impor Rusia sebagian besar telah runtuh sejak perang dimulai, sebagaimana dilansir DW.

Selain itu, Rusia juga menghadapi tantangan besar dalam mengamankan input, suku cadang, dan teknologi penting.

“Produksi dalam negeri Rusia terhenti total tanpa kapasitas untuk menggantikan bisnis, produk, dan kemampuan,” tulis para peneliti.

Baca juga: Magelang dan Kota Tula di Rusia Jalin Kerja Sama Kota Kembar

Para peneliti menambahkan, kekosongan basis inovasi dan produksi domestik Rusia telah menyebabkan melonjaknya harga serta kecemasan konsumen.

Setelah sekitar 1.000 perusahaan asing hengkang dari Rusia, Moskwa kehilangan perusahaan-perusahaan yang mewakili sekitar 40 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Penelitian tersebut menyebutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil intervensi fiskal dan moneter yang dramatis serta tidak berkelanjutan untuk mengatasi kelemahan ekonomi struktural.

Anggaran pemerintah Rusia telah mengalami defisit untuk pertama kalinya, dan keuangan Kremlin mengalami kesulitan yang jauh lebih buruk daripada yang dipahami secara konvensional.

Baca juga: UPDATE Perang Ukraina: Rusia Ganti Taktik dari Ofensif Jadi Defensif

Di satu sisi, lanjut studi itu, pasar keuangan Rusia mengalami kinerja terburuk di dunia. Kondisi ini membatasi kapasitasnya dalam memanfaatkan investasi baru untuk merevitalisasi ekonomi.

“Sejak invasi, rilis ekonomi Kremlin menjadi semakin selektif, secara selektif membuang metrik yang tidak menguntungkan sementara hanya merilis metrik yang lebih menguntungkan,” tulis penelitian tersebut.

“Statistik yang dipilih oleh Putin ini kemudian dengan sembarangan disuarakan di seluruh media dan digunakan oleh para ahli yang bermaksud baik tetapi ceroboh dalam membangun perkiraan yang terlalu, tidak realistis, menguntungkan Kremlin,” lanjutnya.

Angka-angka baru untuk produksi industri Rusia untuk Juni menunjukkan bahwa itu tertekan secara signifikan di berbagai sektor dibandingkan dengan tahun lalu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com