Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indikator Ekonomi Baik, Risiko Resesi Indonesia Hanya 3 Persen

Kompas.com - 14/07/2022, 22:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

"Kami berharap yang terbaik, tetapi tentu saja bersiap untuk yang terburuk," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Sri Mulyani menambahkan, meski indikator ekonomi Indonesia lebih baik dibanding 14 negara lain yang terancam resesi, Indonesia masih tetap harus waspada terhadap potensi resesi yang masih dapat terjadi.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Naik di Tengah Kekhawatiran Pasokan Akibat Resesi

Pasalnya, saat ini negara-negara di dunia masih dibayangi resesi dan kenaikan inflasi.

"Kita tetap harus waspada karena ini akan berlangsung sampai tahun depan," ujarnya.

Risiko global mengenai inflasi dan resesi, ujar Sri Mulyani, menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20.

"Message-nya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan kita," kata Sri Mulyani.

Pertemuan itu membahas beragam isu yang meresahkan perekonomian global, antara lain kenaikan harga komoditas, ketahanan pangan, dan dampak perang di Ukraina mengingat Ukraina merupakan pengekspor pangan utama.

Baca juga: Dibayangi Resesi, Harga Minyak Mentah Masih Tertekan

Georgieva berkata dalam unggahan di laman IMF bahwa inflasi telah meluas melampaui harga makanan dan energi.

Ini membuat banyak bank sentral meningkatkan biaya pinjaman, sesuatu yang dia katakan akan perlu dilanjutkan.

Adapun bank sentral Kanada menjadi bank sentral terbaru yang menaikkan suku bunga, dari 1,5 persen menjadi 2,5 persen demi mengatasi inflasi yang melonjak menjadi 7,7 persen.

Gubernur Bank Sentral Kanada Tiff Macklem mengatakan, angka kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan dan merupakan inflasi terbesar dalam 24 tahun, mencerminkan kekhawatiran bahwa inflasi terlalu tinggi dan itu memengaruhi semua warga Kanada.

Sementara bank sentral AS diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga, yang kemungkinan menjadi peningkatan suku bunga terbesar, dalam pertemuan bulan ini.

Sejauh ini, The Fed—sebutan bagi bank sentral AS—telah menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali tahun ini saja.

Suku bunga yang lebih tinggi, biasanya dilakukan untuk menekan inflasi, sebab itu berarti perusahaan dan orang-orang perlu menggunakan uang tunai untuk membayar pinjaman, ketimbang menghabiskan uang itu untuk makanan dan layanan.

Baca juga: Indonesia Perlu Antisipasi Dampak Resesi Ekonomi AS, Ini Saran Ekonom

Makin mahalnya harga energi memicu inflasi di seluruh dunia, tapi bank sentral Kanada memperkirakan harga energdi inflasi akan turun tahun ini.NURPHOTO/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Makin mahalnya harga energi memicu inflasi di seluruh dunia, tapi bank sentral Kanada memperkirakan harga energdi inflasi akan turun tahun ini.

IMF mengatakan, sebanyak 75 bank telah menaikkan suku bunganya tahun lalu, dengan rata-rata kenaikan 3,8 kali.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com