Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Runtuhnya Ekonomi Lebanon dan Sri Lanka, Salah Siapa?

Kompas.com - 24/06/2022, 21:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Lebanon dan Sri Lanka mungkin merupakan dunia yang terpisah, tetapi mereka berbagi sejarah gejolak politik dan kekerasan yang menyebabkan runtuhnya ekonomi yang dulu makmur.

Saat ini, kedua negara itu diliputi korupsi, patronase, nepotisme, dan ketidakmampuan.

Dilansir AP, kombinasi beracun itu menyebabkan bencana bagi keduanya: mata uang runtuh, kekurangan, inflasi tiga digit, dan kelaparan yang meningkat.

Baca juga: Mencermati Tingkat Inflasi Lebanon yang Capai 211 Persen

Antrean yang mengular untuk bensin, kelas menengah yang hancur, semakin menambah berat beban.

Biasanya tidak ada satu momen pun yang menandai titik puncak bencana dari keruntuhan ekonomi, meskipun tanda-tandanya bisa ada di sana selama berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun.

Ketika itu terjadi, kesulitan akan mengubah segalanya, kehidupan sehari-hari akan lumpuh, negara itu mungkin tidak akan pernah kembali seperti semula.

Para ahli mengatakan bahwa selusin negara, termasuk Mesir, Tunisia, Sudan, Afghanistan dan Pakistan, dapat mengalami nasib yang sama seperti Lebanon dan Sri Lanka.

Pemulihan pascapandemi dan perang di Ukraina memicu kekurangan pangan global dan lonjakan harga.

Baca juga: Lebanon Peringatkan Agresi Israel di Perairan Sengketa

Krisis di Lebanon dan Sri Lanka berakar pada keserakahan, korupsi, dan konflik selama beberapa dekade.

Kedua negara mengalami perang saudara yang panjang diikuti oleh pemulihan yang lemah dan berbatu.

Penguasa juga didominasi panglima perang yang korup dan kelompok keluarga yang menimbun utang luar negeri yang sangat besar dan dengan keras kepala mempertahankan kekuasaan.

Berbagai pemberontakan rakyat di Lebanon tidak mampu menggoyahkan kelas politik yang telah lama menggunakan sistem pembagian kekuasaan sektarian negara itu untuk melanggengkan korupsi dan nepotisme.

Baca juga: Pemilu Lebanon: Hizbullah Gagal Kuasai Parlemen, Dukungan ke Kelompok Reformis Melonjak

Keputusan kunci tetap berada di tangan dinasti politik yang memperoleh kekuasaan karena kekayaan yang sangat besar atau dengan memimpin milisi selama perang.

Di tengah persaingan antar faksi, kelumpuhan politik dan disfungsi pemerintahan semakin memburuk.

Akibatnya, Lebanon adalah salah satu negara Timur Tengah yang paling terbelakang dalam infrastruktur dan pembangunan, termasuk pemadaman listrik ekstensif yang berlangsung 32 tahun setelah perang saudara berakhir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com