Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Disebut Perintahkan Serangan Teroris di Situs Nuklir Chernobyl

Kompas.com - 12/03/2022, 16:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

KYIV, KOMPAS.com - Pejabat Ukraina menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin merencanakan "serangan teroris" di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl dan akan menyalahkan pasukan Ukraina.

Para pejabat Ukraina pada Jumat (11/3/2022) mengatakan Putin telah "memerintahkan persiapan serangan teroris" di reaktor nuklir, di tengah meningkatnya ketakutan akan "pelepasan energi nuklir", setelah pasokan listrik terputus dari pabrik pada Rabu (9/3/2022).

Baca juga: Jenderal Rusia Diklaim Kembali Terbunuh di Ukraina, Perwira Tinggi Ketiga dalam Delapan Hari

Pasukan Rusia mengambil alih situs nuklir Chernobyl yang rusak tak lama setelah invasi ke Ukraina dimulai.

Ledakan kimia di lokasi tersebut pada 1986 menyebabkan salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah dunia. Para pejabat kini khawatir mungkin ada kebocoran radiasi yang disebabkan oleh pasukan Rusia.

Intelijen Pertahanan Ukraina (DIU) mengunggah tuduhannya di media sosial, dengan mengatakan bahwa presiden Rusia sedang merencanakan "malapetaka buatan manusia," dan akan "mencoba mengalihkan tanggung jawab ke Ukraina."

Penjajah Rusia diduga akan mencoba membuat "bukti palsu" untuk mengkonfirmasi versi cerita mereka, menurut DIU.

Badan tersebut mengatakan di Facebook bahwa "mobil pendingin" berada di area bandara Antonov di Gostomel mengumpulkan mayat tentara Ukraina yang tewas yang dapat dikubur di Chernobyl.

Pemerintah Ukraina tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya.

Baca juga: Parlemen AS Bergerak Incar Cadangan Emas Putin Usai Hantaman Sanksi Tak Hentikan Serangan Rusia ke Ukraina

Chernobyl saat ini terputus dari stasiun pemantauan di Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Rusia telah menolak memberikan akses kepada pekerja Ukraina untuk memperbaiki masalah, tetapi sebaliknya "spesialis Belarusia" datang bersama dengan "pemberontak yang memihak Rusia untuk mengatur serangan teroris," tuduhan Intelijen Pertahanan Ukraina dalam unggahan Facebook-nya.

Sejak pengambilalihan pembangkit tersebut, regulator nuklir Ukraina hanya dapat berkomunikasi dengan staf melalui email. IAEA kemudian mengatakan mereka telah kehilangan komunikasi total.

Pasukan Rusia juga merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, pembangkit listrik terbesar di Eropa pada Jumat (4/3/2022), setelah kebakaran terjadi akibat penembakan yang menargetkan pembangkit tersebut.

Baca juga: Di Tengah Serangan ke Ukraina, Rusia Gelar Kontes Kecantikan Prajurit Wanita

Zaporizhzhia adalah salah satu dari 10 pembangkit nuklir terbesar di dunia.

Jika pabrik meledak, itu akan menjadi "10 kali lebih besar" daripada ledakan di pabrik Chernobyl, menurut Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba sebelumnya memperingatkan sebagaimana dilansir Newsweek.

DIU mengatakan karena Rusia tidak mendapatkan hasil yang diinginkan dari militer darat atau negosiasi, "Putin siap berkomitmen menggunakan nuklir untuk mengancam komunitas dunia, demi mengguncang dukungan pada Ukraina."

Badan tersebut menambahkan dalam unggahannya Facebook-nya bahwa tindakan Putin akan memiliki "konsekuensi bencana bagi seluruh dunia" yang "diharapkan oleh diktator Rusia."

Newsweek menghubungi Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memberikan komentar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com