KIEV, KOMPAS.com – Situasi di Ukraina semakin memanas di tengah ancaman invasi Rusia.
Rusia disebut-sebut telah mengepung daerah perbatasan Ukraina dengan menyiagakan 100.000 lebih tentara.
Beberapa negara bahkan telah menganjurkan warga mereka yang tinggal di Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut.
Baca juga: AS: Rusia Akan Buat Dalih Mengejutkan untuk Serang Ukraina
Di tengah-tengah jutaan orang yang kini masih berada di Ukraina, ada Benni Sitanggang, seorang warga negara Indonesia (WNI).
Pria asal Medan, Sumatra Utara (Sumut) itu sekarang tinggal di salah satu kota di Ukraina bersama istrinya yang merupakan warga asli Ukraina dan putri kecilnya.
Benni membenarkan jika konflik yang terjadi di antara Ukraian dan Rusia belakangan terasa memanas.
Pasalnya, Rusia telah mengerahkan semakin banyak pasukan atau tentara di wilayah perbatasan Ukraina.
Dia bercerita, sejak dirinya mulai tinggal di Ukraina pada 2014, konflik Ukraina dan Rusia sebenarnya sudah berlangsung. Namun, situasinya memang terasa kian panas belakangan ini.
Meski begitu, sejauh ini, Benni mengabarkan bahwa keluarganya aman-aman saja karena posisinya jauh juga dari wilayah perbatasan, tempat terjadinya konflik.
“Di perbatasan itu sampai sekarang masih ada konflik atau gencatan senjata. Tapi yang untuk sekarang memang lagi memanas. Kami juga enggak tahu bakalan keterusanya. Tapi, kami tetap update atau dengan melihat berita,” tutur Benni dalam video yang diunggah dalam akun Youtube-nya Benni Sitanggang, Jumat (28/1/2022).
Baca juga: Situasi Makin Panas, Kanada Tarik Pasukannya dari Ukraina
Pihak Kompas.com sudah mendapat izin unuk mengutip pernyataan tersebut.
Benni menyampaikan, berdasarkan informasi yang dia peroleh, beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman telah menarik konselor atau warga mereka dari Ukraina di tengah ancaman invasi Rusia.
Tapi, menurut dia, hal itu sifatnya sukarela. Di mana, warga boleh memilih untuk tetap tinggal di Ukraina atau ikut evakuasi.
Sebagai WNI, Benni mengaku sudah diberi informasi juga oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev, Ukraina terkait langkah-langkah atisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kaya istilahnya dikasih (informasi soal) fase atau level keadaan daruratnya. Kalau misalnya sudah keadaan darurat 1, mereka (KBRI Kiev) bakalan mengevakuasi semua warna negara (Indonesia) yang ada di sini. Tapi itu bersifat voulentir. Mau apa enggak? Enggak dipaksa sama KBRI kita harus pulang. Kami bisa pilih,” kata Benni.
“Jadi ada prosesnya dijelaskan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kalau enggak bisa lewat pesawat, nanti (evakuasi) lewat darat. Kami dievakuasi ke negara terdekat yang ada KBRI kita juga. Nanti diberangkatkan ke Indonesia,” tambahnya.
Baca juga: Ancaman Invasi Rusia Makin Besar, Staf OSCE di Ukraina Timur Mulai Pergi
Benni bercerita, di kota tempat tinggalnya sekarang, pemerintah setempat juga telah memberi informasi soal langkah antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dalam hal ini adanya invasi Rusia.
Dia mengaku sudah diberi map atau peta berisi jalur evakuasi jika terjadi pengeboman atau hal lain yang berbahaya.
Salah satu tempat yang diarahkan untuk dituju adalah bungker.
“Kami sudah kasih intruksi ke mana kami harus pergi, kayak ke bunker mana. Ada bunker khusus di setiap tempat di daerah kota kami, ada bungker untuk tempat berlindung,” ungkap Benni.
Dia saat itu bercerita jika dirinya sempat berhubungan dengan WNI lain di Ukraina yang tinggal di dekat wilayah perbatasan atau daerah konflik.
Baca juga: Para Staf AS Tinggalkan Ukraina Timur di Tengah Ancaman Invasi Rusia
Berdasarkan pengakuan dari rekannya, dia menyebut, kondisi di dekat perbatasan masih terpantau seperti biasa.
Di mana, pasar-pasar masih buka dan ramai. Begitu juga dengan restoran dan klub-klub malam.
“Jadi enggak panik. Walapun mereka tetap waspada. Masih menjalankan aktivitas seperti biasa. Jadi mungkin berita (soal Ukraina) memanas, memang memanas. Tapi hanya di perbatasan saja sejauh ini. Tidak semua wialayah Ukraina,” jelas dia.
Benni menyatakan yang bisa dilakukannya sekarang adalah tetap menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya sampil terus waspada dan memantau kabar terbaru dari media dan KBRI Kiev soal ketegangan yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.
“Mudah-mudahan enggak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kami berharap begitu saja. Semoga aman-aman saja,” harap Benni.
Baca juga: Maskapai Belanda KLM Tangguhkan Semua Penerbangan ke Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.