Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Sesalkan Keruntuhan Uni Soviet: Rusia yang Bersejarah Hilang

Kompas.com - 13/12/2021, 12:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

MOSKWA, KOMPAS.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menyesalkan keruntuhan Uni Soviet yang terjadi 30 tahun lalu sebagai keruntuhan “Rusia yang bersejarah”.

Pernyataan Putin tersebut disiarkan oleh saluran televisi milik Pemerintah Rusia, RIA, pada Minggu (12/12/2021).

Pernyataanya kemungkinan akan semakin memicu spekulasi tentang niat kebijakan luar negeri Rusia di bawah komando Putin.

Baca juga: Saya Butuh Uang, Cerita Putin Jadi Sopir Taksi Setelah Uni Soviet Runtuh

Para kritikus kerap menuding Putin berencana menciptakan kembali Uni Soviet dan mempertimbangkan untuk menyerang Ukraina.

“Itu adalah disintegrasi Rusia yang bersejarah di bawah nama Uni Soviet,” kata Putin tentang keruntuhan blok komunis tersebut pada 1991.

"Kami berubah menjadi negara yang sama sekali berbeda. Dan apa yang telah dibangun selama 1.000 tahun sebagian besar hilang,” lanjut Putin.

Dia menambahkan, 25 juta orang Rusia di negara-negara yang baru merdeka setelah keruntuhan Uni Soviet tiba-tiba mendapati diri mereka “terputus” dari Rusia.

Baca juga: Biden kepada Putin: Jika Rusia Serang Ukraina, Tanggung Akibatnya

Menurutnya, hal tersebut merupakan tragedi kemanusiaan yang besar sebagaimana dilansir Reuters.

Untuk pertama kalinya, Putin mengungkapkan keadaannya di masa ekonomi yang sulit setelah runtuhnya Soviet, ketika Rusia mengalami inflasi yang sangat tinggi.

“Kadang-kadang (saya) harus bekerja sambilan dan menjadi sopir taksi. Tidak enak membicarakan ini, tetapi sayangnya, inilah yang terjadi,” tutur Putin.

Sebelum menjadi orang nomor wahid di Rusia, Putin merupakan mantan agen dinas intelijen Uni Soviet, KGB.

Sebelumnya, dia juga menyebut keruntuhan Uni Soviet sebagai bencana geopolitik terbesar abad ke-20.

Baca juga: Biden dan Putin Dijadwalkan Bertemu Secara Virtual di Tengah Ketegangan Ukraina

Ketegangan Rusia-Ukraina

Ukraina sendiri adalah bekas pecahan negara-negara yang tergabung dalam Uni Soviet sebelum blok tersebut runtuh.

Kini, pasca-30 tahun keruntuhan Uni Soviet, hubungan Rusia dengan Ukraina makin memanas.

Barat menuduh Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentaranya di dekat Ukraina sebagai persiapan untuk kemungkinan serangan pada Januari 2022.

Baca juga: Presiden Ukraina Mengaku Tak Takut Berbicara Langsung dengan Putin

Kelompok negara-negara kaya yang tergabung ke dalam G-7 memperingatkan bahwa Moskwa dapat menghadapi konsekuensi besar jika berani menyerang Ukraina.

Di sisi lain, Rusia mengaku tidak memiliki rencana untuk melancarkan serangan baru ke Ukraina.

Rusia bahkan balik menuding Barat mengarang cerita soal invasi Moskwa ke Ukraina.

Pada 2014, Rusia mencaplok wilayah Crimea dari Ukraina. Dan pada tahun itu pula, Moskwa juga dituding mendukung kelompok separatis di Ukraina timur.

Baca juga: Vladimir Putin telah Suntik Vaksin Covid-19 Ketiga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com