Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekannya Diduga Ditipu dan Ditemukan Tewas, Aktivis Perempuan Afghanistan dalam Ketakutan

Kompas.com - 20/11/2021, 15:59 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Banyak wanita dan gadis lain yang pergi ke kota berpakaian seperti dulu sebelum pengambilalihan Taliban, Zainab.

Mereka mengaku tahun-tahun yang dia habiskan untuk bekerja dengan pengacara dalam kasus hukum keluarga membuatnya menjadi target.

Baca juga: Taliban Minta Amerika Serikat Bebaskan Aset Afghanistan yang Dibekukan

Zainab termasuk di antara mereka yang melihat pesan menakutkan itu. Terlepas dari sumbernya, hal-hal seperti itu telah meningkatkan rasa tidak nyamannya.

"Ada banyak orang dengan kebencian dan dendam terhadap kami," katanya. "Akhirnya mereka akan mengetahui bahwa saya menangani kasus yang melibatkan kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian. Bagaimana jika mereka mengatakan kepada saya, 'Kamu adalah bagian dari masalah, kamu bekerja dengan orang asing untuk memisahkan keluarga.'"

Zainab mengatakan baik pria maupun wanita yang telah bekerja dengan badan hukum, hak asasi manusia, dan lembaga yang didanai Barat akan berusaha keras untuk tetap "diam sebisa mungkin" di kota.

"Saya melihat seorang pengacara wanita yang pernah menangani kasus perceraian, bisa dibilang dia berusaha keras untuk mengubah penampilannya," kata Zainab.

"Orang-orang yang aktif dalam masyarakat tidak merasa aman dan nyaman lagi."

Pembunuhan yang langka dan dikonfirmasi

Di Mazar, seperti di kota-kota Afghanistan lainnya, ada banyak laporan tentang pelecehan dan intimidasi terhadap jurnalis, pengunjuk rasa, dan profesional yang terkait dengan pasukan AS oleh prajurit Taliban.

Baca juga: Taliban Serbu Persembunyian ISIS-K di Afghanistan Selatan, 4 Milisi Tewas

Seorang mantan penduduk Mazar, yang sejak itu pindah ke Kanada dan berbicara dengan Insider dengan syarat anonim, telah mendengar kabar dari kerabat dan teman
bahwa pembunuhan yang ditargetkan di Mazar telah meningkat selama tiga minggu terakhir.

Tetapi dengan sebagian besar media yang pernah ramai di negara itu padam, sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di negara ini. Rumor semacam itu pun sulit untuk dikonfirmasi.

Media lokal telah berjuang di bawah intimidasi Taliban dan kurangnya dana. Seperti banyak lembaga Afghanistan, mereka sangat bergantung pada dukungan keuangan dari Barat.

Negara ini juga menghadapi krisis uang tunai sejak AS dan badan-badan internasional seperti Bank Dunia dan IMF memutuskan akses ke aset dan pinjaman.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan bulan lalu, Komite Keamanan Jurnalis Afghanistan (AJSC) mengatakan bahwa 70 persen outlet media di seluruh negeri telah ditutup. "Kualitas pelaporan media telah mencapai level terendah dalam 20 tahun terakhir," katanya.

Akan tetapi pembunuhan Safi dan tiga lainnya, mereka masih belum diidentifikasi secara publik, adalah kasus langka yang dikonfirmasi oleh Taliban, sehingga menarik gelombang perhatian.

Baca juga: Tentara Australia Bertaruh Nyawa Tangkap Anggota Taliban, Malah Dilepas Polisi Afghanistan

Dalam sebuah pernyataan video yang diunggah online, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban, Qari Saeed Khosti, mengonfitmasi para korban telah "diundang ke rumah" oleh para tersangka pembunuh.

Dia tidak menyebutkan nama para penyerang, tetapi mengatakan mereka telah ditahan.

Zabihullah Noorani, Kepala Komisi Kebudayaan Taliban di provinsi Balkh, mengeklaim dalam sebuah wawancara bahwa pembunuhan itu adalah hasil dari "masalah pribadi" dan tidak ada hubungannya dengan politik.

Mengatasi ketakutan keamanan yang lebih umum, Pemimpin Tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pekan lalu bahwa mungkin ada entitas "tidak dikenal" di antara barisan mereka yang "bekerja melawan kehendak pemerintah," dan bahwa orang-orang ini akan dihukum.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com