"Realitas situasi saat ini mengancam untuk meningkatkan risiko ekstremisme," kata Lyons melansir AFP.
Menurutnya, kelumpuhan sektor perbankan yang sedang berlangsung akan mendorong lebih banyak sistem keuangan ke dalam pertukaran uang informal.
Peredaran uang yang tidak diatur ini hanya akan melanggengkan usaha terorisme, perdagangan dan penyelundupan narkoba lebih lanjut.
"Kerusakan ini pertama-tama akan mempengaruhi Afghanistan tetapi kemudian mereka akan menginfeksi wilayah regionalnya," Lyons memperingatkan.
Lyons berbicara segera setelah Taliban mengeluarkan pernyataan yang mendesak anggota parlemen AS untuk melepaskan aset negara yang dibekukan.
Baca juga: Bukan Ancaman Besar, Taliban Klaim Sudah Jinakkan ISIS di Afghanistan
Dalam sebuah surat terbuka, Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi Afghanistan adalah ketidakamanan keuangan, "dan akar dari kekhawatiran ini mengarah kembali ke pembekuan aset rakyat kami oleh pemerintah Amerika."
Washington menyita hampir 9,5 miliar dollar AS (Rp 135 triliun) aset milik bank sentral Afghanistan. Ekonomi yang bergantung pada bantuan internasional juga telah runtuh secara efektif.
Pegawai negeri tidak dibayar selama berbulan-bulan dan perbendaharaan tidak mampu membayar impor.
Lyons juga menyesalkan bahwa Taliban tidak mampu membendung penyebaran ISIS di Afghanistan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.