Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumbang Miliaran Dollar ke Negara, PSK di Thailand Minta Diakui secara Resmi

Kompas.com - 12/11/2021, 19:42 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Saya takut keluar untuk bertemu mereka karena saya tidak tahu siapa saja yang sudah mereka temui, jadi bikin janji lewat internet adalah yang terbaik," katanya.

"Jadi kami membuat perjanjian, bila saya menunjukkan bagian tubuh saya, kamu harus membayar sejumlah uang yang telah disepakati."

Uang yang didapatnya hanya sekitar 10 persen dari pendapatannya sebelum pandemi, hal yang membuatnya sulit untuk membiayai anak-anaknya yang tinggal di provinsi lain.

"Sebelum pandemi keadaan sangat baik, mudah mencari uang, dan saya tidak mengalami kesulitan mengirim uang ke rumah," katanya.

"Saya harap Covid segera berlalu sehingga keadaan bisa kembali normal."

Om mengatakan dia ingin menjadi pekerja seks resmi sehingga 'kami tidak harus kerja sembunyi-sembunyi."

Tetapi Professor Chalidaporn mengatakan pemerintah Thailand tidak pernah membuat usaha untuk melegalkan industri seks karena masalah ini 'tidak pernah menarik perhatian publik Thailand."

"Bila kita mau membicarakan soal industri seks, kita tidak bisa sekadar berbicara mengenai dekriminalisasi pekerja seks, tapi juga berbicara mengenai masalah dasarnya yaitu seks di luar pernikahan.

"Ini akan menjadi pembicaraan sulit bagi banyak kelompok dalam masyarakat dan itulah sebabnya mereka tidak membicarakannya, sehingga kemudian mereka tidak mempedulikan soal pekerja seks."

Pemulihan ekonomi masih panjang

Thailand mulai secara perlahan membuka diri lagi dari turis asing yang sudah divaksinasi sejak bulan Juli, dengan sebagian besar tiba lewat program tanpa karantina khusus di pulau Phuket.

Setelah karantina hotel dihapus atau dikurangi jumlah harinya mulai bulan November di bagian Thailand lainnya, kegiatan sektor wisata mulai hidup lagi.

Namun, Professor Chalidaporn mengatakan keadaan tidak akan kembali normal dalam waktu segera.

Dengan adanya pandemi, Dao beralih menjadi penjual makanan di pinggir jalan tapi penghasilannya tidak sebanyak jadi pekerja seks.ABC NEWS/MARK DOBBIN via ABC INDONESIA Dengan adanya pandemi, Dao beralih menjadi penjual makanan di pinggir jalan tapi penghasilannya tidak sebanyak jadi pekerja seks.
"Bila kita beruntung mungkin diperlukan waktu setidaknya satu tahun, tidak saja untuk industri seks tapi juga untuk seluruh industri wisata di Thailand," katanya.

"Dan masalahnya, berapa orang di industri ini yang akan bisa bertahan bila misalnya ada pandemi lagi?"

Tidak adanya bantuan keuangan dari pemerintah, membuat banyak pekerja seks menggantungkan diri pada bantuan, baik itu dari mantan pelanggan di luar negeri atau bantuan makanan dari badan amal seperti SWING.

Baca juga: Cegah Covid-19, PSK di Negara Ini Kerja Pakai Jas Hujan Transparan

Antrean panjang untuk mendapatkan bantuan makanan di salah satu pantai utama di Pattaya.ABC NEWS/MAZOE FORD via ABC INDONESIA Antrean panjang untuk mendapatkan bantuan makanan di salah satu pantai utama di Pattaya.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com