Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Penggunaan Mata Uang Asing di Afghanistan

Kompas.com - 03/11/2021, 18:09 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

KABUL, KOMPAS.com - Taliban melarang penggunaan mata uang asing di Afghanistan, sebuah langkah yang selanjutnya dapat mengganggu ekonomi negara yang di ambang kehancuran.

"Situasi ekonomi dan kepentingan nasional di negara ini mengharuskan semua warga Afghanistan menggunakan mata uang Afghanistan (Afghani) dalam setiap perdagangan mereka," kata Taliban melansir BBC pada Rabu (3/11/2021).

Baca juga: Tak Digaji Tiga Bulan, Asisten Profesor Afghanistan Terpaksa Jadi Buruh Bangunan

Ekonomi Afghanistan sedang berjuang karena penarikan dukungan keuangan internasional, setelah Taliban mengambil alih.

Dollar AS telah digunakan secara luas di pasar Afghanistan. Dollar AS juga sering digunakan untuk perdagangan di daerah yang berbatasan dengan tetangga Afghanistan, seperti Pakistan.

"Imarah Islam menginstruksikan semua warga, pemilik toko, pedagang, pengusaha dan masyarakat umum untuk selanjutnya melakukan semua transaksi dengan Afghani, dan secara ketat menahan diri menggunakan mata uang asing," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam sebuah pernyataan yang diunggah online.

"Siapa pun yang melanggar perintah ini akan menghadapi tindakan hukum," kata pernyataan itu.

Baca juga: Bayi Afghanistan yang Selamat dari Bom Bunuh Diri Kabul Akhirnya Bersatu dengan Ibunya di Inggris

Aset dibekukan, dana dihentikan

Setelah Taliban menguasai negara itu pada Agustus, miliaran dollar aset luar negeri Afghanistan dibekukan oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS) dan bank sentral di Eropa.

"Kami percaya bahwa sangat penting bagi kami untuk mempertahankan sanksi kami terhadap Taliban, tetapi pada saat yang sama menemukan cara agar bantuan kemanusiaan yang sah sampai ke rakyat Afghanistan. Itulah tepatnya yang kami lakukan," kata Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo kepada Komite Perbankan Senat AS bulan lalu.

Taliban menyerukan pembebasan aset Afghanistan yang ditahan di luar negeri, karena negara itu menghadapi krisis uang yang parah.

Afghanistan juga dilanda eksodus bantuan asing. Sementara hibah dari luar negeri sebelumnya membiayai tiga perempat dari belanja publiknya.

Baca juga: Taliban: Akan Ada Dampak Global jika Pemerintahan di Afghanistan Tidak Diakui Segera

Awal tahun ini, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Afghanistan tidak akan lagi dapat mengakses sumber dayanya. Sementara Bank Dunia juga menghentikan pendanaan untuk proyek-proyek di negara itu.

Bulan lalu, IMF memperingatkan ekonomi negara itu bisa menyusut 30 persen tahun ini. Jutaan orang terdorong ke dalam kemiskinan dan menyebabkan krisis kemanusiaan.

Badan internasional tersebut juga mengatakan kesengsaraan ekonomi Afghanistan dapat memicu krisis pengungsi yang berdampak pada negara-negara tetangga, Turki dan Eropa.

Negara ini juga menderita kekeringan parah, yang telah merusak sebagian besar tanaman gandumnya dan membuat harga melonjak.

Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan jutaan warga Afghanistan dapat menghadapi kelaparan, karena kombinasi dari kekeringan, konflik, dan Covid-19.

Namun, meskipun kekuatan Barat mengatakan ingin menghindari bencana kemanusiaan di Afghanistan, mereka tetap menolak untuk secara resmi mengakui pemerintah Taliban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com