Penelitian yang diterbitkan bulan ini menemukan hampir setengah dari pengajar sarjana, yang terkenal di Universitas Cambridge, disampaikan oleh staf yang bekerja tidak tetap tanpa kontrak yang layak. UCU mengatakan ini adalah cerita yang akrab di seluruh negeri.
Le dianugerahi beasiswa tahunan sebesar 16,000 poundsterling (Rp 311 juta) selama tiga tahun dari Royal Holloway, untuk meraih gelar PhD pada kelompok etnis minoritas dalam sastra Amerika. Dia juga memenangkan beasiswa tambahan dari AS, tempat asalnya, pada tahun pertamanya.
Tetapi sebagai mahasiswa internasional dia harus membayar 8,000 poundsterling setahun untuk biaya universitas (biaya yang telah dibebaskan untuk rekan-rekan Inggris).
Alhasil dia tinggal memiliki 12,000 poundsterling (Rp 233 juta) setahun untuk hidup termasuk upahnya untuk mengajar.
Sebelumnya dia tinggal di aula pascasarjana yang murah, tapi lokasi itu ditutup untuk renovasi pada akhir tahun keduanya. Kini beban hidupnya bertambah 3.000 poundsterling (58 juta) per tahun untuk sewa, yang menurutnya tidak mampu dia penuhi.
Bertekad untuk tidak drop out, dia meminjam tenda dari seorang teman.
Baca juga: Dijuluki Guru Tercantik, Wanita Ini Diduga adalah Penipu
Le mengakui pada awalnya “Saya sangat takut. Saya menemukan ada kamp protes di dekat kampus jadi saya muncul dengan tenda saya dan bertanya apakah saya bisa tinggal di sana sehingga saya tidak sendirian. Dan itu adalah awal dari dua tahun saya berikutnya.”
Saat berada di tendanya, dia menantikan “hadiah stabilitas” setelah gelar PhD-nya. Dia tahu dia mungkin masih akan mengambil beberapa kontrak jangka pendek.
Tapi, dia berpikir hasilnya akan melebihi yang diperolehnya saat ini, hingga dia tidak perlu khawatir tentang perumahan yang aman lagi.
Hari ini Le merasa optimisme seperti itu salah tempat.
Dia memperoleh gelar PhD pada 2018, dan mengajar anak-anak sekolah dan bekerja di kebun raya untuk memenuhi kebutuhan sebelum mendapatkan dua tahun kontrak tetap mengajar menulis kreatif di Exeter University. Sekarang dia tinggal bersama orang tuanya dan mencari pekerjaan lagi.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Saya memiliki banyak wawancara, termasuk satu di Cambridge baru-baru ini, tetapi saya mulai mencari pada April ketika saya masih bekerja. Saya merasa sangat gugup.”
Dia tidak tahu apakah dia benar untuk tidak menyerah. “Sejujurnya saya kesulitan dengan pertanyaan itu. Ironisnya, saya pikir saya sangat cocok dengan pekerjaan itu. Saya tahu saya adalah guru yang sangat baik. Ini seperti sebuah panggilan.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.