KABUL, KOMPAS.com - Seorang pria yang merupakan Yahudi terakhir di Afghanistan akhirnya pergi, setelah dia dilaporkan takut dibunuh ISIS-K.
Zebulon Simentov menghabiskan hidupnya tinggal di sinagoge di Kabul, selamat dari invasi Uni Soviet maupun kekuasaan pertama Taliban.
Tetapi dengan kembalinya milisi pada Agustus lalu, ditambah penarikan pasukan AS, banyak yang khawatir akan nasib Simentov.
Baca juga: Taliban Berkuasa, Yahudi Terakhir di Afghanistan Ini Ogah Dievakuasi
Kini, Simentov pun dievakuasi bersama 29 tetangganya, ujar Moti Kahana, pengusaha AS-Israel yang mengelola evakuasi.
Kahana mengungkapkan, Simentov sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan kembali berkuasanya Taliban di Afghanistan.
Namun seperti dilansir Daily Mail Kamis (9/9/2021), dia diberi tahu ada kemungkinan dia menjadi target ISIS-K.
Pecahan dari kelompok ISIS itu mengeklaim dalang bom bunuh diri di dekat bandara Kabul yang membunuh lebih dari 180 orang, termasuk 13 tentara AS.
Meski begitu dalam wawancara dengan AFP awal tahun ini, Simentov menuturkan dia siap meninggalkan Afghanistan jika Taliban berkuasa.
"Apa lagi ketakutan saya? Mereka menyebut saya kafir. JadiSaya Yahudi terakhir di sini. Saya harus pergi jika mereka datang," paparnya.
Baca juga: Kisah Dr Marcel Petiot, Psikopat Sinting Pembantai Yahudi di Perancis
Kepada AP, Kahana menceritakan warga setempat juga memaksa Simentov untuk pergi, sehingga mereka bisa menitipkan anak mereka.
Lembaga penyiaran Israel Kan menayangkan momen sebuah bus menyeberangi Afghanistan, dengan wajah penumpangnya diburamkan kecuali Simentov.
Manuskrip Ibrani yang ditemukan di goa sebelah utara Afghanistan menunjukkan komunitas Yahudi sudah tinggal di sana sejak 1.000 tahun silam.
Pada akihr abad ke-19, negara tersebut merupakan rumah bagi 40.000 orang Yahudi, kebanyakan dari mereka keturunan Persia.
Kumpulan mereka mulai berkurang sejak Israel mendirikan negara pada 1948, dengan keluarga terakhir Yahudi pergi tatkala invasi Soviet.
Selama bertahun-tahun berikutnya, dia berbagi sinagoge dengan Yahudi lainnya, Isaak Lewi. Mereka berdua saling membenci.
Baca juga: KISAH MISTERI: Pasukan X, Satuan Komando Rahasia Yahudi, Pahlawan Perang Dunia II
New York Times pada 2002 melaporkan, Lewi menuding Simentov pencuri dan mata-mata, yang dibalas Lewi menyewakan tempat mereka untuk PSK.
Taliban sempat menahan dan menyiksa mereka, serta menyita gulungan kuno Torah yang kemudian hilang saat invasi AS 2001.
Simentov mengaku dia sempat diminta untuk berpindah agama ke Islam, yang tidak pernah dijalankannya.
Mereka saling membenci hingga pada 2005, teman serumahnya itu meninggal di usia 80 tahun. Simentov mengaku sangat bahagia.
"Dia adalah pria jahat yang berniat membunuh saya. Jadi sekarang saya bosnya. Saya Yahudi terakhir di sini," ujar dia.
Baca juga: Pendeta Yahudi Ini Akan Jadi yang Pertama Bergabung dalam Militer Jerman Setelah Era Nazi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.