Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Prihatin Lihat Susunan Kabinet Pemerintahan Baru Afghanistan

Kompas.com - 08/09/2021, 15:49 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

Dia berpengaruh di sisi gerakan agama, bukan di sisi militer, menurut BBC.

Penunjukannya dipandang sebagai kompromi, setelah laporan baru-baru ini tentang pertikaian antara beberapa tokoh Taliban yang relatif moderat dan rekan-rekan garis keras mereka.

Mullah Abdul Ghani Baradar ditetapkan sebagai wakil perdana menteri.

Mullah Baradar pernah menjabat sebagai kepala politik Taliban di Qatar. Dialah yang mengawasi penandatanganan perjanjian tentang penarikan AS dari Afghanistan, pada 2020 di Doha.

Setelah rezim Taliban digulingan pada 2001, Ditangkap di Pakistan pada 2010, Baradar ditahan sampai Amerika Serikat menekan untuk pembebasannya pada 2018 dan dipindahkan ke Qatar.

Saat itulah, dia ditunjuk sebagai kepala kantor politik Taliban, dan mengawasi penandatanganan perjanjian penarikan pasukan dengan Amerika Serikat.

Baca juga: Masuk DPO AS Paling Dicari, Sirajuddin Haqqani Jadi Menteri Dalam Negeri Afghanistan Era Taliban

Abdul Salam Hanafi ditetapkan juga sebagai wakil perdana menteri.

Di rezim Taliban sebelumnya, ia menjabat sebagai wakil menteri pendidikan, dan kemudian secara efektif ia memblokir akses pendidikan untuk perempuan.

Ia masuk dalam daftar hitam PBB, dan Dewan Keamanan PBB juga menuduhnya terlibat dalam perdagangan narkoba.

Hanafi sempat mendapat larangan perjalanan oleh PBB, kemudian dicabut untuk memungkinkan ia terlibat dalam negoasiasi dengan AS pada 2020 di Doha.

Mullah Mohammad Yaqoob Mujahid ditetapkan sebagai menteri pertahanan.

Mullah Yaqoob adalah putra salah satu pendiri Taliban Mullah Omar. Ia mengepalai komisi militer kuat Taliban, yang mengawasi jaringan luas komandan lapangan yang bertugas mengeksekusi pemberontakan.

Sirajuddin Haqqani ditetapkan sebagai menteri dalam negeri.

Ia adalah kepala kelompok militan yang dikenal sebagai jaringan Haqqani, yang berafiliasi dengan Taliban.

Ia berada di balik beberapa serangan paling mematikan dalam perang 2 dekade di Afghanistan, termasuk ledakan bom truk di Kabul pada 2017 yang menewaskan lebih dari 150 orang.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com