Sayed Sadaat menuturkan, sebenarnya bisa saja mendapatkan perlindungan di Inggris karena memiliki paspor negara itu, tetapi dia melihat ada peluang di Jerman.
Akan tetapi, karena tidak menguasai bahasa Jerman, Sayed Sadaat yang datang sendiri mengaku kesulitan mencari pekerjaan.
Sayed Sadaat lalu mengambil kelas bahasa Jerman selama empat jam setiap harinya, yang sempat tertunda karena wabah Covid-19 menghantam "Negeri Bir".
Tidak hanya itu, Sayed Sadaat juga bekerja sebagai kurir makanan untuk perusahaan pengantaran Lieferando setelah uangnya habis.
Per jam, Sayed Sadaat mengantongi bayaran 15 euro (Rp 254.090). Cukup untuk pengeluaran bulanan, termasuk biaya sewa apartemen.
Baca juga: Banting Setir Jadi Pengantar Makanan, Mantan Menteri Afghanistan Ini Tak Malu
Sayed Sadaat berujar, dia tidak menyesal datang ke Jerman. Dia mengatakan sempat kesulitan, tapi kini dia sudah terbiasa.
Bahkan setiap bulannya, dia bisa melahap jarak hingga 1.200 km. "Saya melakukannya hingga mendapat pekerjaan lain," tutur Sayed Sadaat.
Cerita Sayed Sadaat viral usai foto-foto dirinya sedang mengantar pizza dengan mengendarai sepeda tersebar luas di media sosial.
Keberadaannya ditemukan oleh seorang jurnalis lokal di kota Leipzig, Jerman.
Vor ein paar Tagen lernte ich einen Mann kennen, der behauptete, vor zwei Jahren afghanischer Kommunikationsminister gewesen zu sein. Ich fragte, was er in #Leipzig mache. „Ich fahre für Lieferando Essen aus.“ pic.twitter.com/nafutTTXqP
— Josa Mania-Schlegel (@JosaMania) August 21, 2021
"Saat ini, saya menjalani hidup yang sederhana dan merasa aman di Jerman. Saya bahagia bersama keluarga saya di Leipzig," ujar Sayed Saadat.
Dengan latar belakang profesinya di kementerian, Sayed Sadaat mengeklaim bisa menjembatani pemerintahan setempat dengan pengungsi Afghanistan, meski sampai sekarang belum menerima tawaran.
Ia juga berharap, kisahnya dapat menjadi katalis untuk mengubah cara orang-orang berpangkat tinggi menjalani hidup mereka di Asia dan Arab.
Sayed Sadaat lalu menerangkan, tujuannya saat ini adalah mengumpulkan uang supaya bisa mengambil studi di "Negeri Bir".
Dia mengungkapkan, sudah mengajukan banyak lamaran tetapi tak ada yang diterima, seraya mengutarakan minatnya bekerja di perusahaan telekomunikasi.
Sementara soal Taliban, Sayed Sadaat berkata kelompok tersebut mungkin sudah belajar dari masa lalunya ketika digulingkan pada 2001.
Meski begitu, Sayed Sadaat meminta kepada komunitas internasional untuk tidak berhenti memberikan dukungan kepada negaranya.
Baca juga: Kisah Pasukan Elite Inggris SAS Selamatkan 20 Rekannya dari Kepungan Taliban di Gurun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.