KABUL, KOMPAS.com - Penduduk di ibu kota provinsi Herat dan Kandahar tidak percaya betapa cepat kedua kota itu jatuh di tangan Taliban dalam beberapa pekan saja.
"Mereka benar-benar menjual kami, tidak ada perlawanan dari pemerintah," ujar seorang penduduk perempuan Kandahar kepada Al Jazeera sambil meneteskan air mata pada Kamis malam waktu setempat (12/8/2021).
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa Kandahar akan direbut dengan begitu mudah,” katanya menggemakan sentimen yang dibuat oleh warga Afghanistan di seluruh negeri ketika Taliban semakin agresif merebut wilayah demi wilayah setelah penarikan pasukan AS pada Mei.
Baca juga: Taliban Tinggal Sejengkal Lagi dari Ibu Kota, Ini Prioritas Presiden Afghanistan
Seorang pendukung milisi anti-Taliban lokal yang dikenal sebagai “kekuatan pemberontakan” di kota barat Herat sependapat dengan pernyataan tersebut.
"Faktanya bahwa semua tempat ini telah diserahkan kepada (Taliban), Kabul dan Mazar-i-Sharif akan menjadi (sasaran) selanjutnya," ujarnya.
Taliban telah menguasai 18 dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan sejak 6 Agustus, seperti yang dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (13/8/2021).
Dalam sepekan sejak Taliban mengambil ibu kota provinsi pertamanya, tidak ada pejabat pemerintah, termasuk Presiden Ashraf Ghani, yang secara terbuka mengakui kehilangan satu provinsi.
Bagi banyak orang, serangan beruntun di Kandahar dan Herat pada Kamis (12/8/2021), kota terbesar kedua dan ketiga di negara itu, merupakan titik balik dalam pertempuran Taliban-pemerintah Afghanistan yang semakin sengit.
Baca juga: Taliban Makin Mengancam, Kedubes AS di Afghanistan Bakal Hancurkan Dokumen Rahasia
"Saya masih tidak percaya bagaimana ini terjadi," ujar pegawai pemeirntah dari Herat yang saat ini tinggal di Kabul.
Ada juga penduduk Afghanistan yang ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi secara resmi di hari pertama perebutan wilayah Herat dan Kandahar.
Seorang warga di Herat mengatakan bahwa pada Jumat pagi waktu setempat (13/8/2021), orang-orang keluar untuk “melihat Taliban”.
Video online menunjukkan keramaian orang berkumpul di jalan-jalan untuk melihat sekilas kelompok yang belum pernah mereka lihat di kota itu selama 20 tahun.
Di Kandahar, seorang pemuda berusia 20-an mengatakan kelompok itu dalam suasana perayaan, menembakkan peluru ke udara untuk menandakan keberhasilannya.
Baca juga: Menteri Pertahanan Inggris Salahkan Trump atas Memburuknya Kondisi Afghanistan
Seorang jurnalis di Kandahar mengatakan perayaan itu tidak berlangsung lama, dan kelompok itu segera mulai mengganggu warga dan menggerebek rumah-rumah.
“Mereka pergi dari rumah ke rumah menanyakan siapa yang tinggal di sana, dan apakah ada yang merupakan bagian dari pasukan keamanan atau pemerintah di sana,” kata jurnalis itu.
Dia menambahkan bahwa mereka datang ke rumah keluarganya mengira seorang wakil pemerintah tinggal di sana.
Dia sekarang bersembunyi di bagian lain kota, takut akan menjadi target karena ia bekerja di sebuah toko dekat pangkalan pasukan asing sebelum bekerja di media.
Pencarian ini telah membawa kembali ingatan tidak hanya tentang pemerintahan 5 tahun Taliban, tetapi juga praktik komunis yang menggerebek rumah-rumah penduduk untuk mencari bukti apa pun yang akan dianggap memberatkan oleh pemerintah Marxis pada 1970-an.
“Paman saya memberi tahu kami untuk menyembunyikan apa pun yang memprovokasi mereka, karena mereka memeriksa rumah dan terus memeriksa rumah lain,” kata seorang pemuda di Kandahar yang mengatakan bahwa keluarganya hanya berusaha untuk tidak menarik perhatian.
Seorang warga mengatakan kelompok itu menggeledah rumah mereka dan menyita semua senjata dan kendaraan.
Penduduk Kandahar yang berbicara kepada Al Jazeera mengatakan penggerebekan sebagian besar difokuskan pada orang-orang yang dicurigai sebagai bagian dari pemerintah.
Namun, orang-orang yang tinggal di sekitar target potensial juga khawatir rumah mereka akan digeledah.
Baca juga: Pentagon Sebut Taliban Berusaha Mengisolasi Ibu Kota Afghanistan
“Saya merasa mereka memiliki intelijensi yang sangat kuat dan daftar aktualnya,” kata seorang warga yang tidak meninggalkan rumah mereka di kota karena takut memicu kemarahan kelompok tersebut.
Penduduk muda Kandahar lainnya menggambarkan aksi Taliban dengan singkat dan padat, "Mereka adalah Taliban yang sama yang telah saya kutuk sepanjang hidup saya."
Di Herat, cerita serupa juga terjadi. Setelah perayaan singkat, kelompok bersenjata itu mulai mencari orang-orang yang dilaporkan masuk dalam daftar orang-orang berpengaruh dan pegawai pemerintah.
Seorang politisi yang tinggal di Kabul, jauh dari keluargnya di Herat, mengatakan khawatir kelompok milisi tu akan menemukan keluarganya di kota dan mengincar mereka.
“Sepanjang malam, yang bisa saya pikirkan hanyalah rumah kami, ayah saya, ibu saya, bagaimana jika mereka diambil karena saya?” ujarnya.
Aksi kelompok milisi Taliban di kota mencerminkan apa yang terjadi di distrik-distrik beberapa pekan sebelumnya, bahkan mereka yang ingin melarikan diri pun tidak dapat melakukannya.
Penerbangan masuk dan keluar dari Kandahar dan Herat telah dihentikan, tanpa tanggal untuk dipulihkan.
Menjelang malam, Taliban kembali dengan semangat gembira saat merayakan kemenangan di Kandahar dengan di udara.
Baca juga: Menerka Taktik Taliban dan Mengapa Militer Afghanistan Tak Berdaya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.