TOKYO, KOMPAS.com - Pesepak bola Kanada Quinn menjadi atlet transgender pertama yang memenangkan medali Olimpiade pada Jumat (6/8/2021).
Pemain yang hanya menggunakan satu nama dan memakai kata ganti "they/their" mengantarkan Kanada meraih emas Olimpiade Tokyo.
Gelandang berusia 25 tahun itu membawa "Negeri Mapple" mengandaskan Swedia melalui adu penalti dengan skor 3-2.
Baca juga: Istri yang Baru Dinikahi Ternyata Transgender, Pria Ini Tuntut Mertuanya
Sebenarnya, pemain versatile itu sudah bergabung bersama tim nasional Kanada sejak 2014, dan membantu meraih perunggu di Olimpiade Rio 2016.
Hanya saja, pemain yang sebelumnya bernama Rebecca Quinn tersebut mengumumkan statusnya sebagai transgender tahun lalu.
"Saya ingin menjadi diri saya yang sebenarnya di semua bidang kehidupan, terutama di ruang publik," ujar dia saat itu seperti dilansir AFP.
Dia mengaku sudah lelah disalahpahami sehingga memutuskan untuk tampil hanya memakai satu nama dan non-binary.
Keberadaan Quinn sempat dibayang-bayangi oleh Laurel Hubbard, atlet angkat besi transgender asal Selandia Baru.
Hubbard, transpuan pertama yang berpartisipasi di Olimpiade, sempat mendapat reaksi negatif saat diizinkan tampil oleh Komite Olimpiade Dunia (IOC).
Baca juga: Korban Vaksin Covid-19 Palsu di India dari Orang dengan Disabilitas sampai Transgender
Kritik yang berkembang menyatakan Hubbard dianggap mempunyai kelebihan fisik karena dia sebelumnya adalah pria.
Namun, Hubbard membuktikan prediksi mereka salah, tatkala dia gagal menyelesaikan angkatan saat turun di kelas +87 kilogram.
Atlet berusia 43 tahun itu mengungkapkan dirinya "kewalahan" menjadi sorotan selama berpartisipasi di multievent empat tahunan tersebut.
Quinn, yang saat ini bermain bagi OL Reign di Liga Sepak Bola AS mengaku tidak mendapat sorotan selama bergabung bersama tim nasional.
Sebabnya, dia sejatinya sudah perempuan, sehingga dianggap tidak punya kelebihan fisik dibanding atlet yang lahir pria.
Baca juga: Guru SD Dirumahkan Setelah Ungkapkan Tidak Setujui Anak-anak Transgender
"Saya mungkin bisa dianggap sebagai salah satu versi yang paling bisa dicerna tentang apa artinya menjadi trans," kata dia di situs resmi klub.
Quinn mengaku dia ingin kisahnya bisa diceritakan karena trans punya visibilitas, dan bisa berperan dalam masyarakat.
Seperti Hubbard, dia menuturkan perjuangannya bergelut dengan stigma transgender bisa diizinkan tampil di Olimpiade.
"Saya mendapat pesan dari anak muda, bagaimana mereka heran ada trans berkecimpung di olaharaga," ucapnya kepada CBC.
Baca juga: AS Borong Medali Olimpiade Terbanyak, Joe Biden Ungkap Kebanggaan dan Singgung Soal Kesehatan Mental
Dia menjabarkan perasaannya ketika tiba di Tokyo, saat dirinya untuk pertama kalinya mengikuti ajang empat tahunan itu sebagai trans.
Di media sosial, di satu sisi dia mengaku bangga bisa diakui. Tapi di sisi lain, dia mengaku sedih karena ada atlet yang tak bisa mengungkapkan kebenaran mengenai dirinya.
Pemain yang bisa berposisi sebagai bek tengah itu berkata, masih ada trans yang mendapatkan diskriminasi di olaharaga.
"Perjuangan belumlah usai. Saya baru akan merayakannya ketika kami semua berada di sini," tegas Quinn.
Baca juga: Kontroversi Anggaran Olimpiade Tokyo: Terlalu Mahal, Lebih Baik untuk Kebaikan Global
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.