Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Tak Bisa Bahasa Inggris, Kini Pemuda Surabaya Jadi Tentara AS

Kompas.com - 05/08/2021, 14:18 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Lantas, mengapa Jovan memilih angkatan laut? “Soalnya ditawarinya itu ya, kepikirannya itu,” kata Jovan sambil tertawa.

Baca juga: Milisi Taliban Masuki Ibu Kota Provinsi, Bentrok Hebat dengan Tentara Afghanistan

Ikut Pelatihan

Setelah memutuskan menjadi tentara angkatan laut AS, Jovan lalu digembleng dengan pelatihan ketat selama dua bulan. Bersama 20 orang lainnya, ia naik bus ke tempat pelatihan.

“Awalnya kaya santai gitu pas di bus, terus pas turun, ada satu (orang) pangkatnya Chief kalau enggak salah. (Dia) langsung teriak-teriak, ‘Ayo turun! Ayo turun!’ Langsung kayak ngomong kotor gitu,” cerita tentara kelahiran tahun 2000 ini.

“Kayak dimarah-marahi,” tambahnya.

Sebelum mulai pelatihan, Jovan diberi waktu 1 menit untuk menghubungi orang tuanya dan memberikan kata-kata terakhir sebelum dua bulan mengikuti pelatihan.

Selama pelatihan, Jovan harus bangun sekitar pukul 04.00 dan tidur pukul 22.00. Ia pun kerap diberi tugas untuk jaga malam sekitar 2-4 jam.

Baca juga: China-Rusia Gelar Latihan Militer Skala Besar, 10.000 Tentara Terlibat

Pilih Jadi Teknisi Kapal

Awalnya, Jovan merasa takut akan pilihannya menjadi tentara.

“Soalnya kan ya, gimana ya, enggak kepikiran sekali. Kayak orang awam, kalau mikirnya tentara kan, pasti (ketat),” jelasnya.

“Kalau udah ke tentara, kan pasti, ‘oh perang ini.’ Cuman kalau udah ke sini, kalo udah masuk ke tentara, udah biasa gitu,” tambahnya.

Jovan pun harus mengikuti tes yang akan menentukan pekerjaannya. Ia pun lalu memilih jabatan sebagai teknisi kapal yang melakukan pengecekan pada mesin kapal angkatan laut yang tengah bersandar.

Jovan bertugas sebanyak tiga kali seminggu mulai pukul 00.07 hingga 16.00. Menurutnya, pekerjaan sebagai teknisi kapal tidak sulit, karena ia tinggal mengikuti buku panduan.

Baca juga: Tentara Israel Bunuh Bocah Palestina di Dalam Mobil

“Kerjanya gampang aja. Terus Sabtu dan Minggu juga libur,” ujarnya.

Jovan mengaku keterbatasan bahasa terkadang menjadi kendalanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by VOA Indonesia (@voaindonesia)

“Saya biasanya (menerjemahkan) dulu kalau misalnya enggak tahu apa yang saya mau omongin. Habis itu saya baru ngomong,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com