ULSAN, KOMPAS.com - Buang hajat di toilet dapat membayar kopi Anda atau membelikan Anda pisang di sebuah universitas di Korea Selatan, yang mengolah kotoran manusia menjadi listrik untuk menerangi gedung.
Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), telah merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.
Toilet BeeVi - gabungan kata lebah dan penglihatan - menggunakan pompa vakum untuk mengirim tinja ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air.
Baca juga: Toilet di Korea Selatan Ini, Orang yang BAB Justru Dibayar
Di sana, mikroorganisme memecah limbah menjadi metana, yang menjadi sumber listrik untuk bangunan itu, memasok gas untuk kompor gas, pemanas air, dan sel bahan bakar oksida padat.
"Jika kita berpikir di luar kotak, tinja memiliki nilai sebelumnya untuk membuat energi dan pupuk. Saya telah memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis," kata Cho dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (10/7/2021).
Insinyur lingkunan itu menerangkan, rata-rata orang buang air besar sekitar 500 gram sehari, yang dapat diubah menjadi 50 liter gas metana.
Gas ini dapat menghasilkan listrik 0,5 kWh atau digunakan untuk menggerakkan mobil sejauh sekitar 1,2 km.