Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Pandemi Covid-19 Jadi Momen Kim Jong Un Perkuat Kesetiaan Rezim

Kompas.com - 09/06/2021, 15:58 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

Situasi kemanusiaan

Dampak pandemi Covid-19 "kemungkinan besar memperburuk" situasi kemanusiaan di Korea Utara, dengan sekitar 10,6 juta orang hidup kekurangan, kata juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Program Pangan Dunia, yang sejauh ini adalah lembaga bantuan internasional terbesar dan berperan sangat penting di negara itu, telah memperingatkan bahwa mereka dapat menghentikan operasinya pada tahun ini, jika tidak dapat mengimpor makanan.

Di situasi sulit itu Kim pada April melontarkan pengakuan yang jarang terjadi. Ia meminta para pejabatnya untuk "melakukan upaya yang lebih besar untuk membebaskan rakyat kita dari kesulitan 'Arduous March' yang lebih sulit."

"Arduous March" adalah istilah yang secara resmi digunakan Korea Utara untuk tragedi kelaparan 1990-an, yang menewaskan ratusan ribu orang ketika jatuhnya Uni Soviet dan  meninggalkan Korea Utara tanpa dukungan penting.

Sindiran Kim Jong Un ditujukan untuk memotivasi orang untuk "melewati kesulitan" dan bekerja untuk "kelangsungan hidup bangsa", kata Gianluca Spezza, rekan peneliti di Institut Kebijakan Keamanan dan Pembangunan di Stockholm.

"Jika sejarah Korea Utara mengajari kita sesuatu, itu adalah sifat khas nasionalisme Korea Utara yang membuat DPRK 'berkembang' selama masa-masa yang paling sulit," ujar Spezza.

Baca juga: Jual Film Ilegal, Pria Korea Utara Ditembak Mati di Hadapan 500 Orang

Pujian Kim Jong Un

Dalam beberapa bulan terakhir, Kim telah mengeluarkan serangkaian surat panjang kepada organisasi rezim, seperti Liga Pemuda dan federasi serikat pekerja, yang memuji mereka karena membawa "tongkat kesetiaan dan patriotisme", menurut kantor berita KCNA.

Media pemerintah KCNA juga telah memuat puluhan laporan sejak Maret, yang menyoroti ratusan anak muda, termasuk yatim-piatu "secara sukarela" melakukan pekerjaan kasar untuk negara, mengembalikan gaya propaganda, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kim berusaha membasmi pemuda yang dianggap "kriminal", karena terpengaruh budaya asing yang memberikan "racun berbahaya" bagi ideologi negara.

Sebagian pemuda main kucing-kucingan dnegan pihak otoritas untuk menikmati acara televisi, film, dann musik selatan.

Dalam surat Liga Pemudanya, orang nomor 1 Korut itu mencela "perkataan dan tindakan, gaya rambut dan pakaian anak muda" dan mengatakan "operasi pembersihan skala besar" nasional sedang berlangsung.

Pyongyang ingin mengindoktrinasi generasi muda, yang mengalami "Arduous March" di usia anak-anak, kata Michael Madden, seorang rekan di Stimson Center.

Alasannya adalah untuk "menyesuaikan harapan mereka tentang kehidupan material dan budaya DPRK" dan "menghubungkan mereka lebih dekat ke Partai, dengan rezim dan tidak terlalu bergantung pada hal-hal seperti pasar serta acara televisi Korea Selatan".

Pada saat yang sama, para analis mencatat, Covid-19 memungkinkan Pyongyang untuk tidak bertanggung jawab atas kesulitan ekonominya.

Go Myong-hyun dari Asan Institute of Policy Studies mengatakan, "Otoritas Korea Utara dapat menyalahkan virus corona untuk masalah apa pun yang ada jauh sebelum wabah."

Baca juga: Para Pejabat Korea Utara Ketakutan dengan Kim Yo Jong dan Menyebutnya Wanita Iblis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beruang Liar di California Terobos Rumah demi Curi Sebungkus Oreo

Beruang Liar di California Terobos Rumah demi Curi Sebungkus Oreo

Global
Militer China Siap Hentikan Kemerdekaan Taiwan Secara Paksa

Militer China Siap Hentikan Kemerdekaan Taiwan Secara Paksa

Global
Keluarga Tawanan Israel Minta Netanyahu Terima Rencana Biden

Keluarga Tawanan Israel Minta Netanyahu Terima Rencana Biden

Global
Stormy Daniels Komentari Vonis Trump: Dia Harus Dipenjara

Stormy Daniels Komentari Vonis Trump: Dia Harus Dipenjara

Global
Jago Mengetik Cepat Pakai Hidung, Pria Ini Pecahkan Rekor Dunia

Jago Mengetik Cepat Pakai Hidung, Pria Ini Pecahkan Rekor Dunia

Global
Para Penyintas Serangan 7 Oktober Menuntut Kelompok Pro-Palestina di AS

Para Penyintas Serangan 7 Oktober Menuntut Kelompok Pro-Palestina di AS

Global
Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Global
Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Global
Mayoritas 'Exit Poll' Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Mayoritas "Exit Poll" Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Global
Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Global
Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Global
Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Global
Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Global
[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok 'Influencer Tuhan'

[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok "Influencer Tuhan"

Global
Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com