Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intelijen Inggris dan Studi Baru Dukung Penyelidikan AS Soal Teori Covid-19 Bocor dari Laboratorium

Kompas.com - 31/05/2021, 15:52 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

LONDON, KOMPAS.com - Pasukan intelijen Inggris dilaporkan membantu penyelidikan Amerika Serikat (AS) tentang asal-usul Covid-19.

Informasi itu dipublikasikan setelah Presiden AS Joe Biden memerintahkan 90 hari penyelidikan intelijen untuk mengetahui bagaimana virus itu muncul.

Baca juga: Biden Minta Hasil Penyelidikan Asal-usul Covid-19 Badan Intelijen Diserahkan dalam 90 Hari Lagi

Pejabat intelijen di Inggris telah melakukan penyelidikan sendiri terhadap asal-usul pandemi, di tengah klaim bahwa Covid-19 bocor dari laboratorium Wuhan, China.

Kepada The Telegraph, sumber keamanan senior Whitehall mengatakan intelijen Inggris juga bekerja sama dengan penyelidikan AS yang terbaru, dalam upaya untuk “menegakkan kebenaran”.

“Kami menyumbangkan informasi intelijen apa yang kami miliki terkait Wuhan, serta menawarkan membantu AS untuk menguatkan dan membantu menganalisis informasi intelijen apa pun yang mereka miliki,” ujar sumber itu melansir Daily Mail pada Sabtu (29/5/2021).

Baca juga: China Tuding AS Main Politik dengan Luncurkan Penyelidikan Baru Asal-usul Covid-19

Runtuhnya konsensus ilmiah

Asal-usul virus Covid-19 berada di bawah pengawasan baru, setelah runtuhnya konsensus ilmiah terkait kemunculan virus dari kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi.

Beberapa ahli sekarang berpendapat bahwa virus itu buatan manusia.

David Asher, yang memimpin satuan tugas yang menyelidiki asal-usul Covid-19, mengatakan bukti menunjukkan kebocoran dari program senjata biologis di Institut Virologi Wuhan. Teori yang berulang kali dibantah oleh pemerintah China.

Minggu lalu, Presiden Joe Biden memerintahkan komunitas intelijen untuk memeriksa kembali bagaimana virus itu berasal, termasuk teori kecelakaan laboratorium.

Dia mendorong penyelidikan intelijen selama 90 hari untuk menjawab pertanyaan paling mendasar terkait asal-usul Covid-19.

Pengumumannya menindaklanjuti pengungkapan laporan intelijen sebelumnya yang dibuat Gedung Putih, namun belum dipublikasikan.

Baca juga: China Tanggapi Laporan Terbaru Kebocoran Laboratorium Wuhan yang Sudutkan Pihaknya

Laporan itu mengklaim beberapa peneliti di institut Wuhan dirawat di rumah sakit karena sakit pada November 2019.

Dokumen itu ditemukan minggu lalu oleh Wall Street Journal.

Baik AS dan Inggris meningkatkan tuntutan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk melihat lebih dekat asal-usul virus, termasuk kunjungan baru ke China di mana infeksi manusia pertama kali terdeteksi.

Sementara pejabat kesehatan AS juga mendapat kecaman, karena diduga turut mendanai eksperimen kontroversial dan berisiko para peneliti di Institut Virologi Wuhan.

Anggota DPR AS dari Partai Republik (GOP) Steve Scalise dan lebih dari 200 rekan partainya juga meminta Nancy Pelosi (Ketua DPR AS), mengarahkan komite yang dipimpinnya dari Partai Demokrat untuk menyelidiki keterlibatan China dalam menyebabkan pandemi Covid-19.

Dalam sebuah surat kepada Ketua DPR Demokrat itu, Partai Republik mengatakan ada “bukti yang menguatkan (teori) pandemi dimulai di laboratorium China dan Partai Komunis China (PKC) menutupinya.”

Jika itu masalahnya, PKC disebut bertanggung jawab atas kematian hampir 600.000 orang AS dan jutaan lainnya di seluruh dunia.

“Pertanyaan-pertanyaan tentang tanggung jawab PKC ini bukanlah pengalihan, seperti yang Anda klaim secara salah,” bunyi surat itu.

Baca juga: AS Desak WHO Transparan soal Investigasi Asal-usul Covid-19

Studi manipulasi laboratorium

Sementara itu, sebuah studi baru dari Inggris yang mengejutkan, mengklaim para ilmuwan China menciptakan Covid-19 di laboratorium Wuhan.

Ilmuwan China kemudian disebut mencoba menutupi jejak, dengan versi rekayasa terbalik virus agar tampak seperti berevolusi secara alami dari kelelawar.

Penulis studi itu, Profesor Inggris Angus Dalgleish dan ilmuwan Norwegia Dr Birger Sorensen, menulis bahwa pihaknya telah memiliki ‘prima facie evidence dari rekayasa retro di China' selama setahun.

Tetapi temuan itu diabaikan oleh akademisi dan jurnal besar.

Dr Dalgleish adalah profesor onkologi di St George's University, London. Dia terkenal karena terobosannya menciptakan “vaksin HIV” pertama.

Pengobatannya berhasil mengobati pasien yang didiagnosis dan membiarkan mereka berhenti minum obat selama berbulan-bulan.

Sementara Dr Sorensen, adalah seorang ahli virus, dan ketua perusahaan farmasi, Immunor. Dia mengembangkan kandidat vaksin virus corona Biovacc-19. Dalgleish juga memiliki saham di perusahaan tersebut.

Baca juga: 14 Negara Menyatakan Kekhawatiran atas Studi WHO tentang Asal-usul Covid-19 di Wuhan

Tuduhan mengejutkan dalam studi tersebut termasuk tuduhan “penghancuran yang disengaja, penyembunyian atau pencemaran data” di laboratorium China.

Laporan itu juga mencatat pembungkaman dan hilangnya ilmuwan di negara komunis yang angkat bicara.

Jurnal, yang diperoleh oleh Daily Mail, mengguncang kalangan komunitas ilmiah. Pasalnya sebagian besar ahli hingga saat ini dengan tegas membantah asal-usul Covid-19, tidak lain merupakan infeksi alami yang melompat dari hewan ke manusia.

Saat menganalisis sampel Covid-19 tahun lalu dalam upaya membuat vaksin, Dalgleish dan Sorensen menemukan “sidik jari unik” pada virus, yang mereka katakan hanya muncul dari manipulasi di laboratorium.

Mereka mengatakan sudah mencoba mempublikasikan temuannya, tetapi ditolak oleh jurnal ilmiah besar. Sebab saat itu sudah ditetapkan virus tersebut melompat secara alami dari kelelawar atau hewan lain ke manusia.

Bahkan ketika mantan kepala MI6 Sir Richard Dearlove berbicara di depan umum dengan mengatakan bahwa teori ilmuwan tersebut juga harus diselidiki, gagasan itu dianggap sebagai “berita palsu”.

Baca juga: Asal-usul Covid-19: WHO Mengaku Tim di Wuhan Kesulitan Dapat Akses Data dari China

Lebih dari setahun kemudian, akademisi, politisi, dan media terkemuka akhirnya membalik pandangannya, dan mulai memikirkan kemungkinan bahwa Covid-19 lolos dari Institut Virologi Wuhan di China.

Eksperimen di laboratorium itu, termasuk memanipulasi virus dengan meningkatkan penularannya untuk mempelajari efek potensial mereka pada manusia.

Studi Dalgleish dan Sorensen terbaru menyimpulkan bahwa "SARS-Coronavirus-2 tidak memiliki asal usul alami yang dapat dipercaya" dan bahwa “tidak diragukan lagi” virus itu diciptakan melalui “manipulasi laboratorium”.

Dalam makalah 22 halaman yang akan diterbitkan dalam jurnal ilmiah Quarterly Review of Biophysics Discovery, para ilmuwan menggambarkan “analisis forensik” mereka selama berbulan-bulan, melihat kembali eksperimen yang dilakukan di laboratorium Wuhan antara 2002 dan 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com