Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Bentuk Pasukan Robot Bersenjata dengan Teknologi AI dari China

Kompas.com - 25/05/2021, 22:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia sedang mengembangkan serangkaian platform senjata otonom, yang memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence - AI).

Proyek ini merupakan bagian dari dorongan ambisius Kremlin, yang mendapat dukungan dari kerja sama teknologi tinggi dengan negara tetangga, China.

Baca juga: Kerja Sama dengan Rusia, Afrika Selatan Akan Suntik Cula Badak dengan Radioaktif

Prioritaskan pengembanag AI oleh Rusia dalam modernisasi militer ditampilkan dalam laporan berjudul "Artificial Intelligence and Autonomy in Russia," yang diterbitkan Senin (24/5/2021) oleh kelompok penelitian dan analisis nirlaba CNA yang berlokasi di Arlington, Virginia.

Penulis laporan tersebut bekerja sama dengan Pusat Kecerdasan Buatan Pentagon, untuk menghasilkan apa yang oleh organisasi itu disebut sebagai "bagian besar pertama dari penelitian AS.”

Isi laporan itu mengartikulasikan inisiatif, dan pencapaian utama Rusia dalam upaya penggunaan AI dan menempatkan inisiatif tersebut dalam teknologi yang lebih luas di Rusia.

"Ahli strategi militer Rusia telah menempatkan nilai tertinggi dalam menetapkan apa yang mereka sebut sebagai 'dominasi informasi di medan perang'," kata laporan itu.

"Dan (Kremlin) menjanjikan peningkatan teknologi AI untuk memanfaatkan data yang tersedia di medan perang modern sehingga bisa melindungi milik Rusia sendiri dan menangkal keuntungan itu di pihak musuh."

Ada tantangan yang signifikan dan beberapa keberatan, untuk menyerahkan kemampuan pengambilan keputusan kritis, kepada kecerdasan buatan dan jauh dari pikiran manusia.

Namun tren dengan jelas menandakan bahwa upaya Rusia untuk memperkenalkan kemampuan canggih ini sedang berlangsung dengan baik.

Baca juga: Rusia Siapkan Rudal Hipersonik Penghancur Sistem Pertahanan Apa Pun

Sementara masukan kritis datang dari China, yang oleh laporan tersebut diidentifikasi sebagai "mitra utama Rusia di bidang teknologi tinggi secara umum dan khususnya terkait kecerdasan buatan."

Kerja sama Rusia dan China ini, bagian dari kemitraan strategis yang lebih luas yang dipupuk oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.

Relasi keduanya semakin kuat meskipun ada upaya oleh Amerika Serikat untuk menargetkan pesaing terdekatnya dengan berbagai sanksi.

Samuel Bendett, yang menjabat sebagai penasihat untuk laporan tersebut dan merupakan anggota Pusat Otonomi dan AI dari CNA, mengatakan banyak kolaborasi Moskwa dan Beijing terjadi di luar sektor pertahanan.

Dia mengatakan hubungan militer mereka yang berkembang telah membuka pintu untuk kerja sama yang lebih komprehensif.

"Sebagian besar efek dari hubungan ini terlihat di ranah sipil, di sektor teknologi tinggi dan kerja sama akademis di ruang R&D," kata Bendett kepada Newsweek.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com