BEIJING, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping menekankan pentingnya multilateralisme dan mendesak penolakan terhadap "isolasi arogan."
“Kami menunjukkan berkali-kali bahwa bekerja sendiri dan melakukan isolasi secara arogan, akan selalu gagal.” kata Xi dalam pidatonya kepada komunitas internasional di Forum Ekonomi Dunia, melansir Business Insider pada Selasa (26/1/2021).
“Mari kita semua bergandengan tangan dan membiarkan multilateralisme menerangi jalan kita menuju komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia," tambahnya.
Tanpa secara eksplisit menyebut AS, pemimpin China itu juga memperingatkan bahaya "Perang Dingin baru". Hal itu menurutnya dapat mendorong dunia ke dalam perpecahan dan bahkan konfrontasi.
Dia menyoroti sejumlah kebijakan seperti penolakan, ancaman, atau intimidasi terhadap pihak lain. Bentuk relasi itu disebut sebagai kesengajaan untuk menimbulkan perpecahan, memberikan gangguan atau sanksi, dan menciptakan isolasi atau kerenggangan.
"Kita tidak dapat mengatasi tantangan bersama di dunia yang terpecah dan konfrontasi akan membawa kita ke jalan buntu," tambah Xi dalam pidato pertamanya kepada komunitas global sejak Presiden Joe Biden dilantik.
Baca juga: China Ganggu Taiwan, AS Kerahkan Kapal Induknya ke Laut China Selatan
Ketegangan antara AS dan China mencapai puncak bersejarah di bawah mantan Presiden Donald Trump.
Presiden AS ke-45 itu mengobarkan perang perdagangan kontroversial melawan Beijing, dan menyalahkan pemerintah China atas pandemi Covid-19.
Pada 2020, para ahli memperingatkan bahwa AS dan China tampaknya berada di ambang Perang Dingin baru yang dapat berdampak besar bagi ekonomi global.
“The strong should not bully the weak,” President Xi said. “Decisions should not be made by simply showing off strong muscles or waving a big fist.” #DavosAgenda pic.twitter.com/nkahla9f7h
— World Economic Forum (@wef) January 25, 2021
Biden menekankan akan tetap menantang China di panggung global sebagai bagian penting dari agenda kebijakan luar negerinya.
Presiden baru dan penasihatnya menyatakan persetujuan atas diagnosis Trump tentang masalah dengan China. Namun menyatakan memiliki keinginan untuk mengambil pendekatan sepihak yang tidak terlalu riuh untuk masalah ini.
Antony Blinken, calon Biden untuk Menteri Luar Negeri AS, selama sidang konfirmasi Senat pekan lalu mengatakan, "Trump benar dalam mengambil pendekatan yang lebih keras ke China."
Tetapi Blinken menambahkan bahwa dia tidak setuju dengan semua metode Trump.
Blinken pada saat itu juga menyatakan setuju dengan penilaian Menteri Luar Negeri Mike Pompeo bahwa perlakuan China terhadap Uighur di Xinjiang merupakan "genosida.
Di bawah rezim otoriter Xi, China dituding mendirikan "kamp pendidikan ulang" di mana ratusan ribu warga Uighur yang sebagian besar Muslim berada di penjara tanpa pengadilan. Sering kali itu terjadi karena mereka tampak mencurigakan. Mereka dilaporkan mengalami penyiksaan, pelecehan seksual, dan eksperimen medis.
Baca juga: China Ganggu Taiwan Lagi, Kali Ini Beijing Kirim 12 Jet Tempur