Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Ramai-ramai Dihujat atas Kerusuhan Demo AS yang Tewaskan 1 Orang

Kompas.com - 07/01/2021, 09:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Prsiden AS Donald Trump ramai-ramai dihujat atas kerusuhan saat demonstrasi di Gedung Capitol yang menewaskan satu orang.

Seorang perempuan dilaporkan ditembak di dada saat massa berusaha merangsek masuk gedung parlemen pada Rabu sore waktu setempat (6/1/2020).

Adapun anggota Kongres AS bertemu guna melakukan agenda seremonial, yakni mengesahkan hasil Dewan Elektoral tentang kemenangan Joe Biden.

Baca juga: Video Detik-detik Pendemo Pro-Trump Terobos Keamanan Gedung Parlemen AS

Dalam beberapa kesempatan, Trump sudah menyerukan kepada pendukungnya untuk menyerbu Gedung Capitol guna menghentikan kemenangan Biden.

Presiden 74 tahun itu berkali-kali mengeklaim, tanpa disertai bukti, bahwa dia seharusnya menang dalam Pilpres AS namun dicurangi.

Pemimpin serikat buruh Richard Trumka menyatakan, kerusuhan dalam demo AS ini adalah serangan terbesar terhadap demokrasi terbesar sejak Perang Saudara (1861-1865).

"Upaya kudeta hari ini (Rabu) terjadi karena selama bertahun-tahun, Trump menyebarkan racun konspirasi, kebencian, dan kebohongan ke pendukungnya," tegasnya.

CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon juga menyalahkan sang presiden, meski tidak menyebut namanya secara langsung, dikutip AFP Kamis (7/1/2021).

"Pemimpin kita bertanggung jawab menghentikan kekerasan, menerima hasil pemilu, dan mendukung transisi kekuasaan sesuai tradisi demokrasi kita yang berusia ratusan tahun."

Baca juga: Mike Pence Buat Marah Trump dengan Akui Tidak Miliki Kuasa untuk Tolak Hasil Pemilu AS 2020

Anggota DPR AS yang berasal dari partai Trump, Republik, juga ikut mengecam atas unjuk rasa yang membuat para politisi dievakuasi.

Anggota Kongres Mike Gallagher mengunggah video di Twitter, di mana dia mengungkapkan tengah berlindung di kantornya.

Gallagher mengatakan massa menyerbu Gedung Capitol dan terlibat bentrok dengan kepolisian saat berupaya menembus Statutory Hall.

"Ini adalah sampah Republik Pisang yang kita lihat saat ini," ujar Gallagher dalam videonya seperti diwartakan Daily Mail.

Republik Pisang merujuk pada istilah di mana sebuah negara mengalami kondisi politik dan pemerintahan yang tidak stabil.

Baca juga: Demo AS: Joe Biden Desak Donald Trump Bertindak dan Mengakhiri Protes

Kecaman tak kalah keras disuarakan oleh pendahulu Trump, mantan presiden Barack Obama, yang menyebut insiden di Washington adalah ulah penggantinya.

Dalam pernyataannya seperti dikutip CNN, Obama menekankan sejarah akan mencatat kerusuhan di ibu kota terjadi karena presiden 74 tahun tersebut.

"Dia terus-menerus memberikan kebohongan soal dicurangi di Pilpres AS, terus merendahkan, dan mempermalukan bangsa kita," tegasnya.

Presiden periode 2009 sampai 2017 itu mengatakan, dia akan sangat tertegun jika masih ada kaget dengan insiden di Washington.

Sebabnya selama empat tahun menjabat, suami Melania itu selalu menyebut kebohongan dan klaim yang tak disertai bukti.

Baca juga: Twitter Ancam Blokir Trump Selamanya karena Dianggap Terus Menyulut Kerusuhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com