Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepakatan Dagang Brexit Disetujui, Nelayan Inggris Protes

Kompas.com - 28/12/2020, 11:29 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com – Nelayan Inggris memprotes kesepakatan Brexit yang telah disetujui baru-baru ini antara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan Uni Eropa.

Mereka menyindir bahwa Johnson mengobral stok ikan di perairan Inggris kepada Uni Eropa melalui kesepakatan dagang Brexit tersebut sebagaimana dilansir dari Reuters, Minggu (27/12/2020).

Para nelayan menganggap kesepakatan dagang Brexit justru memberikan kapal-kapal nelayan Uni Eropa akses penting ke perairan Inggris yang kaya akan ikan.

Karena Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, Inggris seharusnya meninggalkan Kebijakan Perikanan Umum Uni Eropa mulai 31 Desember.

Baca juga: Kesepakatan Brexit Akhirnya Disetujui, Berikut Poin-poinnya

Tapi, berdasarkan kesepakatan dagang Brexit, aturan Kebijakan Perikanan Umum UE sebagian besar akan tetap berlaku selama periode transisi 5,5 tahun.

Setelah periode transisi, akan ada konsultasi tahunan untuk menetapkan tingkat dan ketentuan akses kapal-kapal Uni Eropa ke perairan Inggris.

Federasi Nasional Organisasi Nelayan mengatakan industri perikanan telah dikorbankan Johnson melalui kesepakatan dagang Brexit.

"Pada pertempuran akhir, perdana menteri membuat keputusan dan menyerah pada sektor perikanan, terlepas dari retorika dan jaminan," kata Federasi Nasional Organisasi Nelayan.

Baca juga: Uni Eropa Ingatkan Tenggat Waktu Brexit, Inggris: Terserah

Federasi Nasional Organisasi Nelayan berpendapat bahwa kesepakatan dagang Brexit dipandang oleh industri perikanan Inggris sebagai sebuah kekalahan.

Di sisi lain, Pemerintah Inggris menyatakan kesepakatan perdagangan tersebut mencerminkan posisi baru Inggris sebagai negara pesisir yang independen dan berdaulat.

Pemerintah Inggris juga berdalih bahwa kesepakatan itu akan memberikan peningkatan kuota yang signifikan bagi nelayan Inggris, setara dengan 25 persen dari nilai tangkapan UE di perairan Inggris.

"(Kesepakatan) ini bernilai 146 juta poundsterling (Rp 2,7 triliun) untuk para nelayan Inggris secara bertahap selama lebih dari lima tahun," kata pemerintah Inggris.

Baca juga: Nelayan Perancis Ancam Blokir Kapal Inggris jika Kesepakatan Brexit Buntu

"Ini mengakhiri ketergantungan armada kapal nelayan Inggris pada mekanisme 'stabilitas relatif' yang tidak adil yang diabadikan dalam Kebijakan Perikanan Umum UE, dan meningkatkan bagian dari total tangkapan yang diambil di perairan Inggris yang diambil oleh kapal Inggris menjadi sekitar dua pertiga,” imbuhnya.

Tetapi, Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon mengatakan bahwa Johnson telah menjual kembali penangkapan ikan Skotlandia.

“Janji-janji yang mereka tahu tidak dapat diberikan, benar-benar dilanggar,” kata Sturgeon.

Baca juga: Brexit Terancam No Deal, Bagaimana Nasib ASEAN?

Sementara itu, Pemimpin Partai SNP di Parlemen Inggris, Ian Blackford, mengatakan bahwa kesepakatan dagang Brexit tersebut mengobral ikan secara besar-besaran.

“Pemerintah Inggris Boris Johnson telah menandatangani kesepakatan yang menjamin akses jangka panjang untuk kapal UE,” sambung Blackford.

Namun, bagi banyak pendukung Brexit, kesepakatan dagang dianggap sebagai simbol kedaulatan karena telah meninggalkan Uni Eropa.

Baca juga: Bersiap No Deal Brexit, Supermarket Inggris Timbun Barang Pokok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Gara-gara Masuk Kardus Paket, Kucing Ini Terjebak sampai Luar Kota

Gara-gara Masuk Kardus Paket, Kucing Ini Terjebak sampai Luar Kota

Global
Cara Perempuan China Berhemat: Bermitra dengan Orang Asing di Dunia Maya

Cara Perempuan China Berhemat: Bermitra dengan Orang Asing di Dunia Maya

Internasional
OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

OKI Kecam Genosida di Gaza, Desak Israel Diberi Sanksi

Global
Demo Perang Gaza di Kampus AS, 'Deja Vu' Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Demo Perang Gaza di Kampus AS, "Deja Vu" Protes Mahasiswa Saat Perang Vietnam

Global
Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan Senin Ini

Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Dilanjutkan Senin Ini

Global
Sejarah dan Pentingnya Hari Kebebasan Pers Sedunia

Sejarah dan Pentingnya Hari Kebebasan Pers Sedunia

Internasional
Rangkuman Hari Ke-802 Serangan Rusia ke Ukraina: Roket dan Drone Tewaskan 2 Orang | Desa Ocheretyne Lepas

Rangkuman Hari Ke-802 Serangan Rusia ke Ukraina: Roket dan Drone Tewaskan 2 Orang | Desa Ocheretyne Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com