Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Trump Pecat Menhan AS Saat Masa Berkuasanya Tinggal 72 Hari Lagi?

Kompas.com - 10/11/2020, 14:57 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat Menteri Pertahanan (Menhan) AS Mark Esper. Trump mengumumkan pemberhentian Esper di Twitter.

Christopher Miller, Kepala National Pusat Kontra-terorisme, saat ini akan segera mengambil peran tersebut.

Pemecatan ini terjadi menyusul pertengkaran publik antara Trump dan Esper dalam beberapa pekan terakhir.

Trump sejauh ini belum menerima hasil pemilihan umum (pemilu) AS yang diproyeksikan memenangkan Joe Biden, dan telah berjanji akan menggugat hasil itu di pengadilan.

Dalam minggu-minggu sebelum Biden menjabat pada 20 Januari, Trump masih diberi wewenang untuk membuat keputusan.

Baca juga: Sempat Dihentikan Trump, Biden Akan Lanjutkan Tradisi Anjing Negara di Gedung Putih

Miller terlihat memasuki Markas Besar Kementerian Pertahanan di Pentagon pada Senin (9/11/2020) tak lama setelah Trump mengumumkan pemecatan.

Mantan tentara Pasukan Khusus AS itu bertugas di Dewan Keamanan Nasional Presiden Trump sebelum menjadi Kepala Pusat Kontra-terorisme pada Agustus.

Dalam surat pengunduran dirinya, Esper mengucapkan terima kasih kepada personel Angkatan Bersenjata AS dan mengatakan bangga atas prestasi yang dilakukan selama 18 bulan bertugas di Pentagon.

"Saya mengabdi pada negara saya dengan menghormati Konstitusi, jadi saya menerima keputusan Anda untuk menggantikan saya," tulis Esper.

Partai Demokrat Nancy Pelosi mengkritik keputusan itu.

"Pemecatan mendadak Menhan Esper adalah bukti bahwa Presiden Trump ingin mengisi hari-hari terakhirnya di kantor untuk menabur kekacauan di demokrasi Amerika dan di seluruh dunia," kata juru bicara Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Baca juga: Donald Trump Berencana Maju Lagi pada Pilpres AS 2024

Mengapa Trump berselisih dengan menteri pertahanannya?

Esper berselisih dengan Trump terkait sikap Gedung Putih atas penggunaan kekuatan militer selama protes ketidakadilan rasial awal tahun ini.

Ketika protes mengguncang AS setelah kematian pria kulit hitam George Floyd di tangan polisi di Minneapolis, Minnesota, pada Mei, Trump mengancam akan menggunakan pasukan militer untuk menekan kerusuhan.

Namun, pada Juni, Esper yang juga seorang mantan perwira militer mengatakan, penggunaan pasukan militer aktif tidak diperlukan, dalam sebuah pernyataan.

Setelah bentrokan tersebut, muncul spekulasi luas bahwa Trump akan memecat Esper, meskipun pada Senin Trump tidak memberikan alasan untuk pemecatannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com