Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Trump Pecat Menhan AS Saat Masa Berkuasanya Tinggal 72 Hari Lagi?

Kompas.com - 10/11/2020, 14:57 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Tidak berhenti di situ, Esper juga menunjukkan pertentangan dan ketidaksetujuannya atas sikap Trump yang meremehkan presiden NATO.

Baca juga: Transisi Kepemimpinan dari Trump ke Biden Terancam Alot, GSA Tolak Tanda Tangani Dokumen

Dalam wawancara dengan Military Times pekan lalu, Esper mengatakan, meskipun memiliki hubungan yang sulit dengan Gedung Putih, dia tidak percaya berhenti adalah hal cara yang benar untuk dilakukan.

"Presiden akan - dia sangat transparan dalam hal apa yang dia inginkan. Dan dia sangat jelas tentang pandangannya ... Saya tidak mencoba membuat siapa pun bahagia," katanya di situs itu.

"Apa yang saya coba lakukan adalah, memenuhi apa yang dia inginkan - maksud saya, dia adalah panglima tertinggi yang terpilih - dan memanfaatkannya sebaik mungkin," sambung Esper.

Dia juga menolak tuduhan bahwa dia adalah "yes man" bagi atasannya. Surat kabar itu mencatat bahwa para pengkritiknya dalam pemerintahan, dan Trump sendiri, menyebut Esper sebagai "Yesper" karena reputasinya yang patuh kepada Trump.

"Frustrasi saya adalah saya duduk di sini dan berkata, 'Hmm, ada 18 anggota Kabinet. Saya tanya adakah yang menentang lebih dari yang lain?' Sebutkan dalam kabinet yang mendorong balik," katanya.

Baca juga: Transisi Kepemimpinan dari Trump ke Biden Terancam Alot, GSA Tolak Tanda Tangani Dokumen

"Pernahkah Anda melihat saya di atas panggung berkata, 'Di bawah kepemimpinan yang luar biasa dari bla-bla-bla, kita memiliki bla-bla-bla-bla?'," sambung Esper.

Trump telah memecat sejumlah besar pejabat dan penasihatnya selama masa jabatannya, yang sering kali menggunakan Twitter untuk mengumumkan pemecatan tersebut.

Pendahulu Esper adalah James Mattis, yang mengundurkan diri pada 2018 karena perbedaan pandangan dengan presiden, termasuk tentang perang di Suriah.

Pada Juni, ketika protes ketidakadilan rasial sedang berlangsung, Mattis mengkritik Donald Trump sebagai presiden pertama dalam hidupnya yang tidak mencoba untuk mempersatukan rakyat Amerika.

"Sebaliknya dia mencoba memecah belah kita," kata Mattis.

Baca juga: Masa Jabatannya Habis 2 Bulan Lagi, Trump Malah Pecat Menhan AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com