WASHINGTON, DC, KOMPAS.com - Walau tidak kunjung mengakui kekalahannya di tangan Joe Biden, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan mulai mempersiapkan rencana untuk kembali mencalonkan diri pada pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Dua sumber yang dekat dengan Gedung Putih memberikan informasi eksklusif ini kepada Axios, Senin (9/11/2020) siang waktu setempat.
Presiden berusia 74 tahun ini disebut memberitahu para penasihatnya bahwa dia akan kembali maju ke gelanggang pertempuran capres empat tahun mendatang.
Baca juga: Transisi Kepemimpinan dari Trump ke Biden Terancam Alot, GSA Tolak Tanda Tangani Dokumen
Tentunya berita ini merupakan sinyal jelas bahwa Trump tahu benar dia telah kalah di tangan Biden.
Namun, sejauh ini dia memilih menempuh jalur hukum untuk menggugat keabsahan hasil pilpres yang menutnya penuh kecurangan.
Konstitusi AS mengizinkan mantan presiden untuk kembali mencapreskan diri jika belum menjabat dua periode berturut-turut.
Rencana Trump bukan tanpa preseden. Sejarah mencatat, Grover Cleveland menjadi satu-satunya presiden yang menjabat dua periode tidak berturut-turut.
Cleveland pertama sekali terpilih menjadi presiden pada pilpres 1884. Dia gagal memenangi periode kedua pada pilpres 1888, tetapi kembali maju dan terpilih pada pilpres 1892.
Baca juga: Tokoh Senior Partai Republik: Trump Berhak 100 Persen Menantang Hasil Pilpres AS
Trump memiliki modal politik yang besar. Taipan real estat ini kembali tampil jauh lebih baik dari prediksi lembaga survei di mana dia diprediksi akan kalah telak.
Suara nasionalnya melejit dari 62,9 juta menjadi 71,6 juta pada pilpres 2020. Perolehan ini adalah nomor dua terbesar dalam sejarah setelah Biden.
Angka ini juga lebih besar dari yang diraih mantan Presiden Barack Obama yang terpilih dua kali pada pilpres 2008 dan 2012.
Pencapaian suara Trump sangat fenomenal mengingat kontroversi dan kekacauan yang terjadi selama hampir empat tahun dia memerintah.
Tidak ketinggalan dia juga sempat dimakzulkan House of Representatives (DPR AS), terjerat sejumlah skandal, dan gagal mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19 yang telah menewaskan 244.000 warga AS.
Baca juga: Masa Jabatannya Habis 2 Bulan Lagi, Trump Malah Pecat Menhan AS
Dukungan kepada suami Melania Trump ini tidak goyah di kalangan pendukung setianya di kota kecil daerah pedesaan, khususnya pemilih pria berkerah biru tanpa pendidikan universitas.
Bergesernya sedikit dukungan pemilih Hispanik dan Afro-Amerika kepada Trump juga dapat meyakinkan bahwa dia telah berhasil memenangi hati dua blok pemilih yang selalu loyal memilih Demokrat ini.