Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden Menang, Trump Ngotot Tolak Hasil Pilpres AS

Kompas.com - 09/11/2020, 13:35 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden bakal menghadapi pandemi virus corona dan masalah-masalah lain yang menantinya.

Biden dinyatakan sebagai pemenang pilpres AS. Sementara calon presiden (capres) petahana Donald Trump berencana menggelar penggalangan aksi untuk menantang hasil pemilu AS.

Sehari setelah Biden meraup electoral vote (suara elektoral) yang cukup untuk membawanya ke kursi kepresidenan AS, Trump tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menyerah.

Bahkan, banyak sekutunya dari Partai Republik di Kongres AS juga tidak mengakui kemenangan Biden dalam pilpres AS.

Sebaliknya, Trump akan mengadakan serangkaian penggalangan aksi untuk membangun dukungan dalam perjuangannya melawan pilpres AS melalui jalur hukum.

Baca juga: Melania Trump Bujuk Suaminya untuk Terima Kemenangan Joe Biden

Juru Bicara Tim Kampanye Trump, Tim Murtaugh, mengkonfirmasi kabar tersebut pada Minggu (8/11/2020) sebagaimana dilansir dari Reuters.

Trump juga membuat tim untuk menuntut penghitungan ulang di beberapa negara bagian.

Mereka juga terus menuding kecurangan dalam pemungutan suara dengan dalih ada nama-nama orang yang sudah tewas namun masih memberikan suaranya dalam pemilu AS.

Kendati demikian, Murtaugh tidak mengatakan kapan penggalangan aksi yang dimaksid Trump tersebut akan dilakukan.

Di sisi lain, petugas pemilu AS negara bagian mengatakan tidak ada penyimpangan yang signifikan dalam pemungutan suara, dan klaim yang dilontarkan Trump belum menghasilkan bukti adanya aktivitas ilegal.

Baca juga: Viral Foto Sampul Majalah TIME... to go Bergambar Trump, Ini Faktanya...

Menurut penghitungan Associated Press, Biden meraup 290 suara elektoral, melampaui 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk melenggang ke Gedung Putih.

Sementara itu, Trump memperoleh 214 suara elektoral.

Setelah Biden menyampaikan pesan persatuan dan konsiliasi dalam pidatonya di Delaware pada Sabtu (7/11/2020), Tim Kampanye Biden membuat rencana untuk mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi di AS.

Wakil Manajer Tim Kampanye Biden, Kate Bedingfield, mengatakan timnya akan meluncurkan satuan tugas (satgas) virus corona pada Senin (9/11/2020).

Satgas tersebut akan dipimpin oleh mantan Ahli Bedah Umum Vivek Murthy dan mantan Komisaris Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) David Kessler.

Bedingfield menambahkan Biden akan menyampaikan mandat untuk menyatukan negara yakni untuk bersatu, menurunkan ketegangan, mengesampingkan retorika keras kampanye dan bekerja keras untuk memerintah.

Baca juga: Pesan Bolsonaro untuk Trump, Teman Dekatnya: Ia Bukan Orang Terpenting di Dunia

Biden Rencanakan Transisi, Trump Rencanakan Penghitungan Ulang

Biden dan para penasihatnya juga akan bergerak maju dengan pekerjaan memilih pejabat untuk bertugas di pemerintahannya.

Dua mantan pejabat senior intelijen AS, Michael Morell dan Avril Haines, muncul sebagai nama-nama yang bakal mengisi pos Kepala Bdan Intelijen Pusat (CIA).

Kabar tersebut diembuskan oleh sejumlah pejabat intelijen AS, baik yang masih menjabat atau yang sudah lengser.

Sebuah kelompok non-partisan yang menyerukan pemerintahan yang baik mengatakan pemerintahan Trump harus bekerja sama dalam transisi dari satu presiden ke presiden lainnya.

Di mana transisi tersebut merupakan ciri khas demokrasi Amerika sejak abad ke-18.

Baca juga: Kalah Pilpres AS, Trump Dirumorkan Akan Diceraikan Melania

“Sejarah penuh dengan contoh presiden yang muncul dari kampanye semacam itu untuk dengan ramah membantu penerus mereka,” tulis kelompok yang bernama Pusat Transisi Presiden dari Kemitraan untuk Layanan Publik tersebut.

Trump adalah presiden AS pertama yang tidak berhasil mempertahankan jabatannya dalam 28 tahun terakhir.

Mengenakan topi baseball merah dan beruliskan "Make America Great Again", Trump bermain golf di lapangan golfnya di Sterling, Virginia, selama dua hari berturut-turut.

“Sejak kapan Lamestream Media (sindirannya untuk media arus utama) menyebut siapa presiden kita selanjutnya?” Tulis Trump di Twitter setelah bermain golf.

Tim Kampanye Trump mengatakan telah menunjuk anggota DPR AS dari Partai Republik, Doug Collins, untuk mengawasi upaya penghitungan ulang di Georgia.

Baca juga: Menantu Trump Dekati Mertuanya agar Mengakui Kemenangan Joe Biden

Tim Kampanye Donald Trumo juga berencana untuk menuntut penghitungan ulang di Wisconsin, Pennsylvania, dan Arizona.

Para ahli mengatakan kalau pun penghitungan ulang dilakukan, hasilnya tidak mungkin berubah.

Analis hukum mengatakan kasus-kasus yang dibawa Tim Kampanye Trump memiliki ruang lingkup yang sempit dan kemungkinan tidak akan memengaruhi hasil pemilu.

Namun, banyak pendukung Trump menolak untuk menerima kekalahan.

Di luar gedung DPR negara bagian Pennsylvania di Harrisburg, seorang pendukung Trump, Lynn Nester (53), mengaku curiga dengan catatan jumlah surat suara yang masuk dalam pilpres AS 2020.

Baca juga: PM Israel, Teman Dekat Trump, Beri Ucapan Selamat kepada Biden

"Saya tidak yakin proses pengiriman surat sebenarnya legal," kata Nester.

Kevin McCarthy, petinggi Partai Republik di DPR AS, mengatakan tantangan melalui jalur hukum hukum atas hasil penghitungan suara harus diizinkan untuk dilakukan.

“Saat itu dan hanya kemudian, Amerika akan memutuskan siapa yang memenangkan perlombaan,” kata McCarthy di Fox News.

Kendati demikian, ada pula politikus dari Partai Republik yang justru menentang klaim Trump. Politikus tersebut adalah Mitt Romney.

Romney, yang merupakan capres AS 2012, mengatakan klaim Trump yang menyerukan penipuan dari hasil pilpres AS justru merusak demokrasi.

Baca juga: God Bless America, Media Besar Dunia Sambut Baik Kekalahan Donald Trump

Mantan Presiden AS George W Bush juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia sudah berbicara dengan Biden dan mengucapkan selamat kepadanya.

"Meskipun kami memiliki perbedaan politik, saya tahu Joe Biden adalah orang yang baik, yang telah memenangkan kesempatannya untuk memimpin dan mempersatukan negara kita," kata mantan presiden AS dari Partai Republik tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com