ASSISI, KOMPAS.com - Nama Carlo Acutis menjadi perbincangan setelah pada Sabtu (10/10/2020), dia menerima beatifikasi dan diberi gelar Beato (Yang Berbahagia).
Proses satu tingkat menjadi Santo (Orang Kudus) itu dilakukan di Assisi, tempatnya dimakamkan ketika meninggal pada 2006 silam.
Proses beatifikasi itu dilakukan oleh Kardinal Agostino Vallini, yang membacakan dekrit dari Paus Fransiskus, di mana pestanya bakal dirayakan pada 12 Oktober.
Baca juga: Santo Pelindung Internet Carlo Acutis Diberi Gelar Beato oleh Paus Fransiskus
Dilansir Euronews, Kardinal Vallini mencium keedua orangtua Carlo Acutis, Andrea Acutis dan Antonia Salzano, yang saat itu mengenakan masker.
Carlo dimakamkan di Assisi pada 12 Oktober 2006 karena kecintaannya terhadap Santo Fransiskus Assisi, setelah mengidap leukemia.
El biógrafo de Carlo Acutis, el adolescente que predijo su muerte en un video y fue beatificado por el Papa Francisco, reveló detalles desconocidos de su vida | Por Soledad Blardone https://t.co/vGQQa0fC6Q pic.twitter.com/oJzIQeO27w
— Infobae América (@infobaeamerica) October 11, 2020
Dia menjadi sosok termuda yang menerima gelar Beato, di mana dia juga disebut "Santo Pelindung Internet", julukan yang juga disandang akademi abad ke-7, Isidore de Seville.
Dikutip dari Euronews dan Katolik News, berikut merupakan rangkuman singkat seperti apa sosok remaja 15 tahun "Yang Berbahagia" tersebut.
Carlo kecil lahir di London, Inggris, pada 3 Mei 1991 dari pasangan Acutis-Salzano asal Italia. Mereka kemudian berpindah ke Milan saat dia masih kecil.
Sang ibu kepada Corriere della Sera mengungkapkan, pada usia tiga tahun dia selalu meminta untuk mengunjungi gereja setiap kali mereka singgah di Milan.
Baca juga: Hari Ini, Basilika Santo Petrus di Vatikan Kembali Dibuka
Kemudian pada usia tujuh tahun, dia sudah menerima Komuni Pertama, meski berdasarkan Konsili Lateran pada 1215, anak yang boleh menerimanya di usia 12-14 tahun.
Antonia mengatakan, putranya itu sudah mempunyai cinta yang khusus kepada Tuhan. Sangat kontras jika dibandingkan dirinya.
Sang ibu menuturkan selama ini, dia hanya mengikuti misa saat menerima komuni pertama, Sakramen Krisma, hingga ketika menikah.
Sebaliknya setelah mendapatkan komuni pertama, Carlo selalu menyiapkan momen hening sebelum dan sesudah misa, serta suka berdoa rosario.
Saat duduk di bangku SD, dia belajar coding dari buku sains komputer untuk mahasiswa, dan secara otodidak mengedt video dan membuat animasi.
Baca juga: Basilika Santo Petrus di Vatikan Mulai Dibuka untuk Wisatawan
Dia mendapatkan gelar tak resmi sebagai Santo pelindung internet, karena semasa hidup, dia membuat sejumlah program yang berguna untuk umat Katolik.