Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Rilis Uji Coba Tsar Bomba, Hasilkan Ledakan Nuklir Terbesar Dunia

Kompas.com - Diperbarui 06/10/2021, 14:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia dilaporkan merilis rekaman rahasia, berisi uji coba Bom Tsar (Tsar Bomba) yang menghasilkan ledakan nuklir terbesar dunia, di Laut Barent pada 1961.

Foto maupun video negara yang kala itu masih bernama Uni Soviet menunjukkan ledakan yang disebabkan oleh 50 megaton bom termonuklir, atau bom hidrogen.

Uji coba itu menyebabkan ledakan berkekuatan 50 juta ton, atau 3.333 kali lebih dahsyat dari bom atom yang dijatuhkan Sekutu ke Hiroshima, Jepang.

Baca juga: Korea Utara Diyakini Simpan 60 Bom Nuklir

Dilansir Daily Mail Rabu (26/8/2020), kamera pun diposisikan beberapa ratus kilometer dari lokasi, dan diatur untuk kondisi pencahayaan rendah.

Dalam rekaman uji coba Bom Tsar (Tsar Bomba) itu, nampak bola api sempat terbentuk selama sekitar 40 detik sebelum kemudian berubah menjadi awan berbentuk jamur.

Rekaman lain yang diambil dari pesawat memperlihatkan awan itu sempat naik hingga ketinggian 213.000 kaki, atau enam kali lebih tinggi dari pesawat komersil.

Rekaman uji coba, yang disimpan oleh Rusia selama hampir 60 tahun, dirilis oleh badan nuklir mereka Rosatom, dalam peringatan 75 tahun berdirinya organisasi mereka.

Bom Tsar atau Tsar Bomba, secara resmi bernama RDS-220, merupakan bom nuklir terbesar yang pernah dibuat, dan dikembangkan pada era Perang Dingin.

Mereka mengembangkan senjata pemusnah massal itu untuk mengimbangi Amerika Serikat (AS), yang saat itu begitu getol menciptakan senjata termonuklir.

Baca juga: Memprediksi Efek Uji Coba Bom Hidrogen Korut di Samudra Pasifik

Tujuh tahun sebelum Kremlin melakukan uji coba, AS lebih dahulu mengetes bom hidrogen terbesar mereka, yang diklaim lebih kuat dari bom atom.

Senjata tersebut diberi nama Castle Bravo, dan diujicobakan di Kepulauan Marshall dan menghasilkan kekuatan ledakan 15 megaton.

Militer Soviet kemudian tidak mau kalah dengan menciptakan Tsar Bomba, yang ketika dites menjadi ledakan nuklir terbesar di dunia.

Dimasukkan ke kotak khusus untuk mencegah guncangan, bom itu dibawa menuju Pangkalan Olenyi, yang segera dimasukkan ke pesawat pengebom jarak jauh, Tupolev Tu-95.

Pesawat tersebut kemudian menempuh perjalanan hampir sejauh 1.000 km ke Pulau Severny, terletak jauh di dalam Lingkaran Arktik pada 30 Oktober 1961.

Bom tersebut kemudian dijatuhkan setelah terlebih dahulu dipasangi parasut, supaya pesawat Tu-95 punya cukup waktu untuk menjauh.

Baca juga: Korea Utara Umumkan Sukses Uji Coba Bom Hidrogen

Ketika bom sudah mencapai ketinggian 13.000 kaki di atas tanah, bom itu diledakkan dan menghasilkan ledakan nuklir terbesar dalam sejarah umat manusia.

Ledakan tersebut dilaporkan menghasilkan kekuatan setara gempa bumi 5,0 skala Richter, dan dicatat pusat seismologi di seluruh dunia.

Sinar dari uji coba Bom Tsar bisa dilihat dari Norwegia, dengan debu radioaktifnya menyebar ke seluruh Skandinavia, menyebabkan kecaman dari seluruh Bumi.

Sebagai hasil dari uji coba tersebut, pada 1963 Uni Soviet dan AS sepakat menekan perjanjian untuk tak menggelar uji coba nuklir di atmosfer.

Kemudian bagi Washington, daripada menciptakan bom yang lebih besar, mereka memilih menerapkannya dalam konflik sehingga mengembangkan hulu ledak yang bisa masuk ke rudal.

Akhirnya pada 2017, 84 negara menandatangani Perjanjian Larangan Senjata Nuklir PBB. Tetapi, banyak negara pemilik bom nuklir yang enggan menekennya.

Baca juga: Kim Jong Un Tinjau Pengembangan Bom Hidrogen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com